Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 05 April 2022 | 13:23 WIB
Masjid Almahdi, Kampung Kusamba, Dawan, Klungkung, Bali. [Foto : http://www.bali.polri.go.id]

SuaraBali.id - Sebuah kampung Muslim di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung terdiri dari penduduk yang berasal dari beragam etnis, mulai dari Bugis, Banjar, Jawa, Sasak dan Bali. Lokasi tersebut ada di kampung Kusamba.

Adanya harmonisasi dan keseimbangan hubungan di masyarakat tersebut terjadi dengan pluralitas etnis di dalamnya. Semua itu terjalin dengan baik hingga kini termasuk dengan desa-desa yang ada di sekitarnya yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu.

Demikian terungkap dalam sebuah artikel berjudul “Identifikasi Lanskap Vernakular  di Kampung Kusamba, Klungkung, Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Arsitektur Lansekap, Volume 5, Nomor 1 Tahun 2019.

Artikel ditulis oleh Sandi Yuantoro, Cokorda Gede Alit Semarajaya, dan Naniek Kohdrata dari Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Sandi Yuantoro dan kawan-kawan menuliskan bahwa terdapat satu faktor integrasi yang menyatukan berbagai etnis yang berbeda tersebut, yakni masyarakat menganut agama yang sama, yaitu agama Islam.

Disamping integrasi yang terjadi dari berbagi etnis di Kampung Kusamba, relasi dengan masyarakat luar yakni dengan desa-desa Hindu terbangun melalui ikatan sosial-kekerabatan dan berbagai interaksi sosial.

Interaksi tersebut antara lain dapat dijumpai dalam pasar, perkawinan, kuliner dan ruang publik.

Hasil wawancara yang dilakukan Sandi Yuantoro dan kawan-kawan dengan Kepala Desa Kampung Kusamba, Abdul Gafar (2017), didapatkan bahwa nama Kampung Kusamba bersumber dari sebuah dialog antara seseorang bersuku Bugis dengan seseorang bersuku Banjar. 

Ketika seorang bersuku Bugis melaksanakan sholat menjadi perhatian orang bersuku Banjar.   Setelah melaksanakan sholat orang bersuku Bugis didekati dan ditanyai oleh orang bersuku Banjar, “Agamamu apa?”, maka jawab orang bersuku Bugis “Saya Islam”.

Orang bersuku Bugis kemudian berbalik tanya, “Agamamu apa?” dijawab oleh orang bersuku Banjar “Aku sama”.  Berasal dari kata “Ku sama”, lama-lama mengalami perubahan sehingga menjadi “Kusamba”.

Sedangkan kata “kampung” pada masyarakat Bali merupakan ungkapan untuk menyatakan bahwa daerah tersebut merupakan kantong-kantong masyarakat Muslim.

Wilayah permukiman yang selanjutnya menjadi Kampung Islam Kusamba tersebut berasal dari tanah catu pemberian Raja bagi para perantau. Penguasa kerajaan dengan sengaja menempatkan mereka dalam wilayah permukiman yang terpisah dengan warga Bali yang beragama Hindu.

Wilayah itu umumnya wilayah baru, yang sebelumnya hutan atau wilayah-wilayah pesisir dekat dengan pelabuhan. Warga Muslim diberi kebebasan dan otonomi untuk beribadat dan memiliki pemerintahan sendiri dalam wilayah tersebut.

Load More