Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 25 Januari 2022 | 13:23 WIB
Gempa Mataram [Foto ; Istimewa/BMKG]

SuaraBali.id - Gempa berkekuatan 4.6 SR mengguncang Pulau Lombok pada Selasa (25/1/2022) pukul 05.14. WITA. Gempa yang terjadi pada kedalaman 10 km guncangannya terasa cukup kuat terutama di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Kota Mataram.

"Kalau gempanya pagi-pagi begini, saya jadi ingat tanggal 29 Juli 2019," ungkap Zaenul Huri, warga asal Lingsar, Kabupaten Lombok Barat kepada Suara.com pada Selasa, (25/1/2022).

Tanggal 29 Juli 2018 memang merupakan gempa yang mengawali ratusan gempa susulan yang terjadi di Lombok pada tahun 2018 silam. Gempa 6.4 SR yang juga persis terjadi di pagi hari tersebut membuat suasana di Pulau Lombok mencekam.

Dari data BNPB, rangkaian Gempa Lombok 2018 merusak 71.962 unit rumah, 671 fasilitas pendidikan rusak, 52 unit fasilitas kesehatan, 128 unit fasilitas peribadatan dan sarana infrastruktur.

Sedangkan data korban adalah 460 orang meninggal dunia, 7.733 korban luka-luka, 417.529 orang mengungsi.

Zaenul Huri menceritakan bahwa guncangan gempa yang terjadi pada Selasa pagi cukup kuat.

"Saya masih tidur mas, pertama saya dengar seperti suara gemuruh, kemudian diikuti guncangan, saya langsung lari keluar rumah," katanya.

Ia menambahkan bahwa saat terjadinya gempa, orang-orang sedang melaksanakan salat subuh di masjid.

"Ada juga orang-orang itu keluar dari masjid, saya lihat mereka lari, pas dah itu mereka mau sholat kayaknya," tandasnya.

Namun puji syukur, kata Zaenul Huri, tak ada korban jiwa yang diakibatkan gempa kali ini. Rumahnya juga masih berdiri kokoh, tak ada retakan berarti.

"Yang penting ndak ada korban jiwa aja, mudah-mudahan tidak ada gempa susulan lagi seperti 2018," katanya.

Ungkapan perasaan senada disampaikan Ziadati. Perempuan yang berdomisili di Karang Anyar Kota Mataram Ini menceritakan bahwa saat terjadi gempa Lombok pada Selasa pagi, dirinya tengah bersiap-siap untuk melaksanakan salat.

Saat hendak menuju kamar mandi, tiba-tiba kata Ziadati, jendela dan pintu rumahnya bergemuruh, diikuti guncangan gempa.

"Guncangannya sekitar 3-4 detik kayaknya dan lumayan kuat, di luar rumah juga ternyata masih banyak orang," katanya.

Selepas gempa terjadi, ia mengaku tak berani masuk rumah hingga sekitar satu jam. Menurutnya, gempa yang terjadi pagi hari biasanya diikuti gempa susulan.

"Bukan takut sebenarnya, tapi lebih ke trauma aja, gempa pertama di 2018 itu kan pagi hari juga," bebernya.

Kontributor : Lalu Muhammad Helmi Akbar

Load More