SuaraBali.id - Kasus penelantaran pendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat mendapat sorotan banyak pihak. Pasalnya tour guide dalam pendakian 70 orang pendaki tersebut menghilang dan tertangkap di masjid.
Pada kabar terakhir, setelah ditangkap kasus tersebut akhirnya diselesaikan dengan jalan damai. Banyak yang kemudian mempertanyakan bagaimana kronologi peristiwa tersebut.
Salah satu pendaki asal Tasikmalaya, Jawa Barat pun menceritakan kronologi menghilangnya tour leader tersebut. Ateng Jaelani, salah satu pendaki asal Tasikmalaya Jawa Barat mengatakan sejak berangkat dari Bogor, terduga pelaku ER sudah dicurigai para peserta pendaki.
Sebab, yang semula berangkat tanggal 25 Desember dari Jakarta menuju Lombok, diundur menjadi tanggal 26 Desember dan tiba tanggal 28 Desember di Lombok.
Sejak memesan open trip di Alas Adventure, kata Ateng, di laman Instagram itu dia tergiur karena harga yang cukup murah. Bahkan, kata Ateng, di laman Alas Adventure ada nama pendaki ternama seperti Vanesa yang membuatnya percaya.
"Makanya kami percaya ada hastag Vanesa juga," ujar Ateng, Minggu (2/1/2022). Sejak berangkat ke Jakarta bertemu ER tanggal 25 Desember 2021, masalah sudah mulai bermunculan.
ER tiba-tiba membatalkan pertemuan menjadi tanggal 26 Desember 2021 dan berangkat menuju Lombok menggunakan satu bus dan satu unit mobil elf.
"Ngulur waktu ini masih kita maklumi," ujar Ateng.
Ketika sampai di kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tanggal 28 Desember 2021, Ateng bersama 69 orang lainnya mulai emosi. Seharusnya, begitu tiba di Lombok, ER menyediakan homestay atau penginapan di Sembalun.
Baca Juga: Kasus Penelantaran 75 Pendaki Gunung Rinjani Berakhir Damai
"Tapi ER langsung urus Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) dan langsung melakukan pendakian," ungkap Ateng.
Selama di perjalanan ke Puncak Gunung Rinjani kata Ateng, ER juga tidak menyediakan tenda yang cukup. Banyak dari peserta membawa tenda pribadi.
"Ada juga peserta yang tidur di tenda pendaki lain. Kami juga kehabisan bekal dan ditelantarkan setelah turun dari Rinjani," ucapnya.
Dari simaksi yang didaftarkan ER, hanya masuk nama lima panitia. Seluruh peserta kata ER ternyata tidak masuk menggunakan tiket ke Puncak Gunung Rinjani.
Tanggal 30 Desember 2021, ER tiba-tiba turun duluan dari puncak Gunung Rinjani. Bahkan dua peserta sempat mengalami hipotermia dan kelaparan karena tidak makan selepas turun dari Puncak Gunung Rinjani.
"Setalah turun, kami nebeng di warung warga. Ada juga yang mengnap di Resort Rinjani," jelas Ateng.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
TPA Suwung Ditutup, Kemana Sampah Warga Denpasar dan Badung Akan Dibuang?
-
8 Toko Oleh-Oleh di Bali: Dari yang Murah Meriah Sampai Wajib Diburu Turis
-
5 Destinasi Wajib di Ubud: Dari Tari Kecak hingga Adrenalin Rafting Sungai Ayung
-
Tips Nikmati Liburan Aman dan Tenang di Bali
-
Perkuat Ekonomi Akar Rumput, BRI Raih Penghargaan Impactful Grassroots Economic Empowerment