Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 25 November 2021 | 13:29 WIB
Tuksedo Studio yang beralamat di kawasan Ketewel, Gianyar, Bali. [Foto : Suara.com/Imam Rosidin]

SuaraBali.id - Ajang World Superbike (WSBK) 2021 sesi ke-13 telah digelar di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Selain WSBK, di sirkuit itu juga digelar World Supersport 2021 dan Asia Talent Cup 2021.

Menariknya, piala atau trofi dari tiga gelaran ini dibuat oleh Tuksedo Studio yang beralamat di kawasan Ketewel, Gianyar, Bali.

Tuksedo Studio didirikan tiga tahun lalu dan usaha yang bergerak di bidang rancang bangun mobil balap klasik.

Pendiri Tuksedo Studio Pudji Handoko mengaku tak pernah menyangka usaha miliknya terpilih sebagai pembuat trofi WSBK dan dua ajang lainnya yang digelar di Indonesia. Menurutnya, capaian ini sebuah kebanggan karena dipercaya menjadi pembuat trofi ajang internasional.

"Seneng dan bangga juga, terutama anak-anak, ya, diakui oleh eo berkelas internasional," katanya ditemui, Rabu (24/11/2021).

Ia mengatakan Tuksedo dipilih sebagai pembuat trofi ini sekitar pertengahan Oktober. Saat itu Mandalika Grand Prix Association (MGPA) memintanya mengajukan usulan desain untuk trofi Superbike.

Saat itu, ada 13 alternatif desain yang diajukan dengan bahan material alumunium dan stainles steel. Beruntung salah satu desainnya yang menggambarkan sirkuit Mandalika terpilih.

"Jadi sebulan sebelum event, dari MGPA meminta saya mengajukan usulan piala desain di event Superbike. Kita ajukan 13 alternatif dan diajukan ke Dorna Motorsport dan disetujui," kata dia.

Ia mengatakan Tuksedo Studio Bali total memproduksi  28 trofi dengan rincian 8 trofi untuk World Superbike. Kemudian 12 trofi untuk Asia Talent Cup (ATC), 8 World Supersport 2021. Adapun untuk beratnya bervariasi dengan ukuran paling tinggi 48 cm.

"Akhirnya jalan, dengan spek yang sudah ditentukan termasuk ukuran dan berat. Akhirnya kita usulkan lagi Asia Talent dan disetujui Dorna," kata dia.

Ia mengatakan trofi-trofi itu hanya dikerjakan  dalam waktu sebulan.

"Mulai dari asistensi, konsultasi, tak sampai sebulan dikerjakan," kata dia.

Ia menjelaskan Tuksedo Studio merupakan bengkel yang didirikan sekitar tiga tahun lalu. Bengkel ini khusus merancang bangun mobil-mobil balap klasik.

Jadi mobil-mobil klasik ini dibangun dengan cara manual seperti pembuatan mobil di awal tahun 1940-an.

"Kami itu membuat sesuatunyang custom dan khusus, ini marak di era tahun 40-an atau 100 tahun lalu. Dulu ga ada pabrik otomoatis yang dijalankan dengan robot," kata dia.

Ia mengatakan bengkelnya biasanya membuat mobil-mobil klasik yang sudah tak diproduksi lagi.

Menurutnya, banyak penggemar mobil yang ingin merasakan dan menaiki sensasi mobil klasik. Namun mobilnya sudah sangat jarang dan jika ada harganya sangat mahal.

"Eropa sudah banyak. Mobil yang sudah sangat mahal dan tak mampu membelinya kita membangun kembali ya," katanya.

Ia mengatakan mobil dibuat sedetail mungkin dengan material sama. Karena dibuat secara manual, dalam setahun hanya produksi 6 hingga 10 unit.

Meski demikian, harga mobil yang dibuatnya bisa mencapai Rp15 miliar hingga Rp 70 miliar untuk satu unit.

"Mobom yang dibangun dengan harga di atas 15 miliar. Ada mobil yang sampai 70 miliar. Ini kita buat," katanya.

Contoh mobil-mobil yang dibuat misalnya mobil klasik seperti Porsche 356 Speedster (1957), Porsche 356 A Coupe (1955-1959), Porsche 550 Spyder (1953-1956), Mercedes Benz 300 SL Gullwing (1954-1957).

Ia menyebut mereka yang membeli biasanya para kolektor yang ingin merasakan sensasi mobil balap zaman dulu,

"Mereka tak hanya pingin lihat tapi menaiki juga. Ini kebutuhannya banyak di dunia. Orang rindu dengan mobil klasik banyak," katanya.

Kontributor : Imam Rosidin

Load More