SuaraBali.id - Kalau jalan-jalan ke Bali salah satu tempat wisata yang selalu jadi tujuan wisata pengunjung adalah patung Garuda Wisnu Kencana. Di balik itu, ada cerita rakyat Bali Garuda Wisnu Kencana.
Garuda Wisnu Kencana menjadi landmark dari pulau Dewata yang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan. Kemegahan karya seni rancangan I Nyoman Nuarta ini banyak dikagumi dan tak sekedar dibuat.
Patung yang berdiri di Bukit Unggasan, Jembrana Bali ini merupakan representasi dari Dewa Wisnu yang tengah mengendarai Garuda. Dalam mitologi Hindu, Dewa Wisnu dipandang sebagai dewa pelindung alam semesta, didampingi dengan burung Garuda yang melambangkan kesetiaan dan pengabdian tanpa pamrih. Sedangkan Kencana berarti emas karena Dewa Wisnu dan Garudanya berdiri di sebuah tempat yang dilapisi dengan emas.
Selain dijadikan maskot, Garuda Wisnu Kencana juga kerap muncul di cerita-cerita rakyat Bali. Seperti apakah ceritanya, berikut merupakan cerita rakyat Bali, Garuda Wisnu Kencana
Dikutip dari histori.id, konon di sebuah negeri di Pulau Bali, hiduplah seorang Resi yang arif dan bijaksana. Resi itu bernama Resi Kasyapa. Beliau memiliki dua orang istri yakni Kadru dan Winata. Resi kasyapa bersikap adil kepada kedua istrinya, namun salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menyimpan rasa iri dan dengki kepada Winata.
Alkisah Kedua istri Resi Kasyapa masing-masing dikaruniai anak. Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Resi Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha(air) yang disebut-sebut dapat memberikan keadilan kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Uccaihsrawa.
Oleh karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadap Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Uccaihsrawa yang belum terlihat oleh mereka.
Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu menaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya(naga) bahwa kuda itu sebenarnya berwarna putih.
Baca Juga: Dirjen Binmas Hindu Targetkan Ada Pasraman Formal dari Tingkat PAUD Hingga SMA di Bali
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya.
Garuda wisnu kencana menyadari kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang di setiap pertarungan sampai akhirnya para Naga pun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyerahkannya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian dikenal dengan nama Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat.
Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian di setiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Berita Terkait
-
Ratusan Umat Hindu Gelar Upacara Danu Kerthi di Danau Beratan
-
Apa itu Diwali dan Kenapa di Indonesia Tidak Dijadikan Hari Libur?
-
Kenapa Kuil Hindu Murugan Temple Jakarta Ditutup? Viral di Media Sosial
-
Asyik Foto di Candi, Emak-Emak Ini Tak Sadar Mengganggu Umat Beribadah. Netizen: Astaga!
-
Pengajian Gus Miftah di Candi Prambanan Tuai Pro Kontra
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali