Scroll untuk membaca artikel
Dinar Surya Oktarini
Rabu, 29 September 2021 | 10:44 WIB
Ketua Umum AMI Putu Supadma Rudana menyampaikan aspirasi yang dia sebut Sapta Karsa di Kommisi X DPR [suara.com/Dian Rosmala]

SuaraBali.id - Perekonomian Bali sejak pandemi Covid-19 mengalami tren yang negatif, hal ini dikatakan oleh I Putu Supadma Rudana, Anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI.

Anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, I Putu Supadma Rudana menyatakan perekonomian Bali sejak pandemi covid-19 mengalami trend yang negatif.  

Sejak pandemi covid-19 mewabah awal tahun 2020, sektor pariwisata yang  selama ini menjadi handalan perekonomian Bali sangat terpuruk. Persoalan ini menjadi perhatian serius. Tidak hanya dari pelaku pariwisata dan pemerintah daerah, namun juga kalangan legislator asal Bali di Senayan.

Ilustrasi wisata Bali. (Envato)

I Putu Supadma Rudana yang juga sebagai Anggota DPR RI dari fraksi Demokrat mengatakan, Bali dalam lima triwulan terkahir mengalami kontraksi yang dalam, double digit. Terkait pemulihan periwisatan dan perekonomian di Bali, pihaknya mengaku paling gotol menyuarakan di DPR RI. 

Baca Juga: Wisata Bali: Jejak Sejarah Kota Negara di Puri Agung Negara

“saya paling keras berbicara, paling keras menggaungkan ini di DPR RI. Selalu dalam rapat paripurna saya ingatkan pimpinan dan Anggota lain,” ungkapnya Selasa (31/08/2021) di sela sela pertemuan dengan Bupati Tamba.

Terkait pemulihan pariwisata dan perekonomian di Bali, pihaknya menyatakan hal itu domain dari pemerintah, “Kami di DPR adalah mengawasi. Kami harus menekan terus,” imbuh Supadma Rudama.

Menurutnya untuk membuka pariwisata, harus diketahui terlebih dahulu kondisi penyebaran covid-19 terkendali. “sekarang kan PPKM, level 1, 2, 3 dan 4. PPKM ini haru juga terkendali dulu,” jelasnya. 

Pihaknya mendorong pariwisata segera di Buka kendati secara perlahan. “Kalau bisa yang namanya travel buble. Ada daerah yang sudah zona hijau, kita harus buka,” ujarnya.  Langkah ini menurutnya penting untuk pemulihan ekonomi Bali. 
 
“Bali tanpa pariwisata berat. Kami mendorong terus tapi kebijakan itu bukan di kami, tapi di eksekutif. Itu yang kami suarakan, peran kami mengawasi dan memberikan masukan, kebijakan kembali ke pemerintah pusat. Mungkin sampai mereka bosan mendengar,” terangnya. 

Namun melihat kondisi pandemi yang melanda semua negara, pihaknya tidak memberikan deadline untuk pemulihan pariwisata Bali,  “Kami mengerti tidak hanya Indonesia, tapi dunia juga mengalami. kami tidak berikan deadline karena itu domain pemerintah,” tegasnya.

Baca Juga: Wisata Bali: Nostalgia dalam Sebungkus Nasi Jinggo

Khususnya di Kabupaten Jembrana, meskipun di masa pandemi covid-19, akan tetapi ekonominya mengalami tren positif.  Ekonomi di daerah lain di Bali sudah negatif, sedangkan Kabupaten Jembrana masih tumbuh positif, artinya menjadi inspirasi di Bali untuk sustainable ekonomi. 

Sementara daerah pariwisata turun, Jembrana sudah fokus pada perikanan, kelautan dan pertanian yang menopang perekonomian tidak mengalami kontraksi negatif. Jembrana fokusnya diversifikasi yang menopang ekonomi sangat solid.

Load More