SuaraBali.id - Ada yang menyebut nasi jenggo, ada yang menyatakan nasi jinggo, sampai nasi jenggot. Antara strategi pemasaran hingga kisah seru pengisi perut saat lapar, utamanya di malam hari ini telah menjadi bagian keseharian warga setempat sampai para pelancong.
Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, nasi jinggo termasuk dalam kuliner khas Bali. Wisatawan yang datang ke Bali juga kerap mencobanya.
Menurut pemerhati kuliner Bali, Ketut "Gogonk" Pramana, sejarah nasi jinggo berawal dari kawasan Suci, Kota Denpasar. Lokasi ini kini menjadi sentra penjualan perhiasan emas dan parkir bawah tanah.
Di akhir 1970-an, tempat ini adalah terminal angkut khusus untuk bemo roda tiga. Namanya Penambangan Suci.
"Kala itu, pada malam harinya, Terminal Suci dipakai warga sekitar sebagai pasar senggol. Area untuk menjual beraneka makanan dan minuman. Di salah satu sudut Senggol Suci, ada dua perempuan yang menjual nasi bungkus siap saji dengan ukuran mini," kisah Ketut Gogonk.
Nasi bungkus ukuran mini berisi lauk serundeng kacang, ayam siwir (ayam suwir), tempe goreng, dan yang tak terlupakan adalah sambal tomat pedas.
Nasi dan lauk itu dibungkus daun pisang beralas secarik koran bekas dan diikat pakai karet gelang.
Warung ini adalah satu-satunya tempat di mana nasi bungkus seperti itu bisa ditemui di seantero Denpasar.
Dua perempuan tadi menjual beberapa keranjang nasi bungkus mini setiap malamnya. Kebanyakan pelanggannya adalah anak-anak muda yang suka gaul di malam hari.
Baca Juga: Wisata Bali: Pengelola di Karangasem Menyambut Baik Pembukaan Kembali Tempat Pelancongan
Nasi bungkus mini dengan cita rasa pedas ini bisa dinikmati di tempat atau dibawa pulang. Khusus untuk yang dibawa pulang, dua penjual perempuan itu tidak lupa menambahkan ekstra sambal pedas sebagai bonus.
Di sekitar tahun yang sama, di salah satu bioskop ternama di Denpasar sedang diputar film cowboy yang dibintangi Franco Nero. Judulnya adalah "Jango" (baca jenggo).
Film ini wajib ditonton oleh anak muda kala itu. Entah siapa yang memulai, nasi bungkus mini di Terminal Suci Denpasar tadi kemudian diberi nama "Nasi Jango", karena nasi bungkus ini dianggap mewakili gaya cowboy Franco Nero. Kurang lebih istilah cowboy kala itu adalah "keren merakyat " alias cool.
Setelah Terminal Suci dibangun dan kondisinya berubah seperti sekarang, dua perempuan penjual nasi jenggo itu tak ada kabarnya. Tahun 1980-an cerita nasi jinggo kemudian berpindah ke Jalan Gajah Mada Denpasar.
Kali ini nasi jinggo versi Jalan Gajah Mada dibungkus daun pisang segar tanpa koran. Isinya kurang lebih sama seperti nasi jinggo versi Terminal Suci.
"Kala itu anak muda Denpasar tidak menamakan nasi bungkus tersebut dengan nasi Jango atau jinggo, tapi nasi "Gang Bronx", dan kebetulan nasi itu dijual di gang-gang yang ada di depan Pasar Kumbasari. Istilah Bronx diambil dari film "Breakdance" yang berkisah tentang kehidupan anak muda di daerah Bronx Amerika Serikat," lanjut Ketut Gogonk.
Tag
Berita Terkait
-
Sampaikan Surat Terbuka, Kerry Chalid: Nama Saya Dihancurkan, Keluarga Tanggung Stigma
-
Bantah Rugikan Negara, Kerry Sebut Terminal BBM Miliknya Buat Pertamina Hemat Rp145 M
-
Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta Kembali Beroperasi dengan Wajah Baru
-
Eks Direktur Bongkar Rahasia Terminal BBM Merak: Kenapa Harus Sewa Padahal Bisa Hemat Biaya Impor?
-
5 Parfum Lokal Pria dengan Aroma Woody Terbaik, Cocok Dipakai untuk Acara Malam Hari
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Bukan Hanya ATM, AgenBRILink Jadi Layanan Andalan BRI untuk Tembus ke Daerah Pelosok
-
BRI Perkuat UMKM Difabel Lewat Pelatihan Administrasi dan Wirausaha
-
Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah di Lombok Barat Menipis
-
Sinergi Perusahaan Anak Dorong Kinerja BRI Tumbuh Solid pada Triwulan III 2025
-
Investor Muda Bali Serbu Bursa Saham: 1 dari 3 Investor Baru Berusia 18-25 Tahun