Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Rabu, 02 Juni 2021 | 13:14 WIB
Ilustrasi susu kambing dan olahannya [Shutterstock].

SuaraBali.id - I Made Raka, 43, pemilik Raka Adventure di Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati, Bali berinovasi memutar haluan usaha karena sejak pandemi Covid-19 melanda dunia pariwisata Pulau Dewata menjadi lesu.

Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, mulanya Made Raka nyaman menjalankan usaha wisata adventure ATV (All-Terrain Vehicle) yang dibuka sejak 2015. Jumlah wisatawan yang menikmati wahana ini kisaran 100-an orang per hari.

Namun saat pandemi Covid-19, selama hampir setahun nihil kunjungan. Hal ini yang membuatnya berinovasi, menampilkan sesuatu yang beda yakni beternak kambing etawa.

Menurutnya, susu kambing sangat diminati di musim pandemi untuk menjaga daya tahan tubuh. Di samping itu berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit, seperti maag dan asam lambung.

Baca Juga: Wisata Bali: Hama Gayas di Karangasem Bali Ternyata Bisa Dimasak Aneka Resep

Ilustrasi kambing [Shutterstock].

Bahkan terbukti pasutri yang lama belum dikaruniai momongan, bisa hamil setelah terapi susu kambing.

"Sudah ada empat pasutri yang datang mengucapkan terima kasih. Ada dari Sukawati, Negara Batuan, Klungkung dan Bangli," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/6/2021).

Alumni SMAN 1 Sukawati ini mencoba beternak kambing etawa, dengan memanfaatkan lahan parkir ATV.

Made Raka belajar langsung cara beternak ke Banyuwangi, Jawa Timur. Made Raka mengatakan mulai beternak sejak Agustus 2020 lalu.

"Saat itu pariwisata tutup total, nol penghasilan," ujarnya.

Baca Juga: Wisata Bali: Seni Kain Endek Pewarna Alami dari Pertenunan Artha Dharma

Beternak kambing etawa ini disebutnya coba-coba. Namun karena nilai investasinya cukup besar, Made Raka serius menekuni peternakan kecilnya. Tiga unit mobil dijual untuk tambahan modal. Nilai investasinya sekitar Rp600 juta.

Ia memulai dengan memelihara 20 ekor kambing etawa betina. Ketika itu, susu seekor kambing diperah dua kali dalam sehari. Susu murni yang didapat sekitar 800 ml sampai 1L per ekor.

"Permintaan susu kambing mulai banyak, khususnya untuk obat dan terapi. Hampir setiap kali perah kemudian habis terjual," ungkapnya.

Melihat potensi ini, Made Raka kembali membeli kambing dan memperluas kandang.

Saat ini, kambing peliharaannya mencapai 50 ekor kambing betina dan satu ekor pejantan. Sekitar tiga kambing betina dalam kondisi mengandung. Ke depan diharapkan ada penghasilan alternatif selain sektor pariwisata.

Selain beternak, Made Raka juga langsung mengolah susu kambing menjadi keju, sabun dan susu bubuk. Selain itu, kotoran kambing dan kencing kambing juga diolah menjadi pupuk.

Ilustrasi susu bubuk [Pixabay/kaboompics].

Made Raka menyatakan beternak tanpa pengalaman. Sehingga membuatnya harus yakin, sebab yang menjadi tantangan utama baginya adalah mental.

Dari biasanya kerja bersih menghitung penghasilan dari adventure, kini belajar "ngarit" atau menyabit rumput untuk pakan kambing.

Namun Made Raka tak sendiri, dia dibantu lima karyawan khusus di kandang. Ada yang mencari pakan, memberi pakan, membersihkan kandang kambing, memerah susu, hingga mengemas dan memasarkan produknya.

"Untuk produk berkualitas dan kambing yang sehat, pemerahan saat ini hanya dilakukan sekali sehari di pagi hari.

"Ya, biar kambingnya tidak stress. Diperah sekali saja sehari," jelasnya.

Made Raka juga sudah memiliki langganan tetap. Bahkan diakui terus bertambah setiap hari.

"Astungkara susu habis terjual. Paling jauh ke Nusa Dua, masih di Bali saja. Lokalan," ujar pria asli Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati ini.

Made Raka juga mengembangkan pembibitan jahe merah dan pisang Cavendis. Khasiat dari jahe merah akan dipadukan dengan susu kambing.

"Tanam saja dulu, mudah-mudahan bisa bermanfaat ke depan," ujar bapak dua anak ini.

Load More