SuaraBali.id - Gayas adalah musuh para petani, tak terkecuali di wilayah Karangasem, Bali. Disebut sebagai hama karena hewan mirip ulat sagu yang hidup dalam tanah ini kerap menyerang bagian akar tanaman sehingga menjadi layu dan mati mengering.
Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, menurut warga, hama gayas biasanya muncul pada saat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Mereka hidup di kedalaman sekitar 10 cm dari muka tanah, dan di bulan-bulan seperti sekarang biasanya dikatakan sebagai musim gayas. Juga waktu yang tepat untuk berburu setelah turun hujan.
Sebelum diolah menjadi hidangan, perlu diketahui bahwa gayas yang enak dikonsumsi adalah jenis sudah berusia dewasa atau berwarna kekuningan. Saat pencarian, biasanya warga membawa wadah berisi air.
Baca Juga: Wisata Bali: Seni Kain Endek Pewarna Alami dari Pertenunan Artha Dharma
Setelah terkumpul, gayas dibersihkan dengan cara mengeluarkan seluruh kotoran atau bagian isi perutnya yang berwarna hitam. Lantas direbus selama 30 hingga 45 menit baru diolah atau dimasak.
Di Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem misalnya, salah satu warga, I Nengah Adi Suda Darma menyatakan sangat menggemari olahan gayas.
Menurutnya, gayas bisa diolah menjadi beberapa jenis masakan, mulai gayas goreng, urutan gayas, gayas nyat-nyat, hingga pepes gayas.
Namun, ia paling suka olahan gayas bumbu nyat-nyat dipadukan kuah santan dan ketupat atau tipat dalam bahasa setempat.
"Saya paling suka yang bumbu nyat-nyat, ada kuah santannya dijadikan lauk tipat, wuih rasanya mantap, gayasnya kenyal-kenyal begitu," paparnya pada Selasa (1/6/2021).
Baca Juga: Wisata Bali: Menparekraf Sebutkan Dana Hibah Pariwisata di Tahap Persetujuan
"Yang bagus untuk dimasak itu, gayas dewasa ditandai warna agak kekuningan, kalau muda warnanya putih," tambah Suda Darma.
Untuk rasanya sendiri bisa dikatakan cukup unik, menurut Suda Darma rasanya hampir mirip dengan ayam, hanya ada tekstur kenyal.
Namun demikian perlu menjadi catatan bahwa tidak semua orang suka mengkonsumsi gayas. Dari pengalaman Suda Darma sendiri, meski rasanya enak namun jika dikonsumsi secara berlebihan bisa menimbulkan efek pusing.
"Ya saya sempat saat itu merasa pusing setelah memakan gayas cukup banyak," tandasnya.
Mungkin saja kadar protein dan kolesterol hama ini cukup tinggi.
Berita Terkait
-
Momen Valentine Romantis Tak Terlupakan Sambil Nikmati Sajian Istimewa dan Keindahan Laut Bali
-
Turnamen Taekwondo KASAL Cup Digelar di Bali, Ribuan Atlet Ikut Berpartisipasi
-
Tio Pakusadewo Cerita Kedekatan dengan Pelaku Bom Bali 1: Dia Guru Ngaji Saya
-
Bahaya Makan Jeruk Bali Saat Konsumsi Obat, Ini Penjelasan Dokter!
-
Siapa Pemilik Arc'teryx? Brand Fashion Kanada Viral Diisukan 'Dibajak' di Bali
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Rusuh Lagi! Indonesia Siap-siap Sanksi FIFA, Piala Dunia 2026 Pupus?
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Lolly Kembali Main TikTok, Penampilannya Jadi Sorotan: Aura Kemiskinan Vadel Badjideh Terhempas
Pilihan
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
-
Sejarah dan Makna Tradisi Nyekar Makam Sebelum Puasa Ramadan
Terkini
-
Pedagang di Lombok Timur Diharap Tak Menjual Sembako ke Luar Daerah Jelang Ramadan
-
Ada Cupid Dan Cokelat Saat Hari Valentine di Bandara I Gusti Ngurah Rai
-
Singapura Dan Jakarta Jadi Rute Terpadat di Bandara I Gusti Ngurah Rai
-
Cocoklogi Warganet, Temukan Akun Medsos Pelaku Penusukan Viral di Denpasar
-
Upah Harian Dipotong Rp 40 Ribu, Sopir Angkutan Siswa di Gianyar Protes