Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 10 Mei 2021 | 18:31 WIB
Pengelukatan Bethara Ayu Canting Camplung Mas di Karangasem, bali [BeritaBali.com].

SuaraBali.id - Bendesa Adat Sengkidu, Jro Mangku I Nyoman Wage SH menjelaskan Pengelukatan Bethara Ayu Canting Camplung Mas di Desa Adat Sengkidu, Kecamatan Manggis, Karangasem sudah ada sejak zaman dahulu. Kondisinya masih sama seperti pertama kali diketahui oleh masyarakat secara turun-temurun.

Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, pengelukatan ini diyakini sebagai tempat pasiraman Ida Bethara mesucian.

Saat ini difungsikan oleh krama setempat sebagai tempat melukat dan nunas tirta.

"Boleh melukat tapi bukan mandi," jelasnya.

Baca Juga: Wisata Bali: Sepi Order, Pelaku Jasa Pijat Pantai Kuta Mejejaitan Porosan

Sepengetahuannya, pengelukatan ini mulai dikenal dan dimanfaatkan oleh krama setempat sekitar 1980-an.

"Waktu itu masyarakat masih awam, belum mengetahui pasti lokasi di sana. Padahal taman itu dari dulu sudah ada," ungkapnya.

Kini, Desa Adat Sengkidu berencana melakukan penataan.

"Sudah dibangun 3 pelinggih di sana. Ada pelinggih pengapit berupa macan gading. Dan pelinggih Bethara Ratu Ayu Canting Camplung Mas," jelas Jro Mangku I Nyoman Wage SH, sembari menambahkan bahwa pengelukatan ini memiliki banyak fungsi.

Dari waktu ke waktu, berbagai kisah menarik diceritakan oleh krama yang pernah melukat maupun nunas tirta. Sehingga pengelukatan ini diyakini memiliki bermacam khasiat. Terutama untuk menyembuhkan berbagai sakit atau penyakit.

Baca Juga: Film Terbaik Oscar 2021: Nomadland, Pakai Mobil RV untuk Bertahan Hidup

Karena memiliki banyak manfaat dan didatangi pemedek yang tangkil, Desa Adat berencana menyiagakan petugas piket.

Syarat nunas tirta cukup dengan sarana canang. Namun jika hendak melukat sebaiknya dilengkapi banten pejati, dan terlebih dahulu mendak Jero Mangku setempat.

"Jadi Jro Mangku yang akan ngastawang baktinya. Perlu juga dibawa klungah gading untuk melukat atau klungah gadang jika hendak metamba," imbuhnya.

Pada pengelukatan ini, kata Bendesa Adat terdapat tiga jenis tirta yang disebut Tri Datu. Terdiri dari Tirta Brahma, Wisnu dan Siwa.

Kondisi pengelukatan masih alami seperti sedia kala. Krama yang nunas tirta maupun melukat bukan melalui pancuran. Melainkan mengambil menggunakan canting khusus.

"Ambil dengan canting, kami mempertahankan yang sudah ada. Karena di sini sumber air dari Ibu Pertiwi. Tidak bisa dijadikan pancuran," terangnya.

Berdasarkan penuturan warga yang pernah melukat, ada yang menyebutkan berhasil sembuh dari cetik bebai hingga pasutri yang lama tidak punya momongan yang akhirnya bisa hamil.

"Mereka yang berkata demikian, kita di sini tidak tahu persis. Ada yang tidak pernah hamil, akhirnya kapice. Ada yang rencana dioperasi, berangsur sembuh," pungkas Jro Mangku.

Load More