Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Kamis, 22 April 2021 | 08:47 WIB
Sejumlah prajurit TNI-AL awak kapal selam KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. [Antara/M Risyal Hidayat]

SuaraBali.id - KRI Nanggala dengan nomor lambung 402, kerap disebut lengkap sebagai KRI Nanggala-402 adalah kapal selam dalam jajaran matra laut TNI AL yang dibuat pada 1978. Saat mengikuti Latihan Gabungan atau Latgab TNI AL di Bali mengalami hilang kontak.

Dikutip dari kantor berita Antara, KRI Nanggala-402 yang diturunkan dalam misi latgab penembakan torpedo dan peluru kendali TNI AL berada dalam posisi hilang kontak pada Rabu (21/4/2021). Lokasi kejadian diperkirakan 60 mil laut utara Pulau Bali. Dan kabar dikonfirmasi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Baringan atau bearing dari KRI Nanggala adalah di utara Kabupaten Buleleng, salah satu kawasan pelayaran dengan lalu lintas perairan ramai. Kekinian, lokasi ini menjadi fokus perhatian kapal-kapal militer TNI AL dengan sebab yang belum bisa diungkapkan kepada publik.

Ditilik latar belakang perairannya sendiri, di masa lalu, Singaraja di Kabupaten Buleleng adalah ibu kota Provinsi Bali sebelum dipindahkan ke Denpasar. Juga menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur.

Baca Juga: Analisa Penyebab Hilangnya Kapal Selam Nanggala-402 di Perairan Bali

Anggota TNI AL melakukan penghormatan ketika kapal selam KRI Nanggala-402 tiba di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. [Antara/M Risyal Hidayat]

Sementara di sisi matra laut, kapal selam adalah salah satu gudang senjata atau arsenal militer penting sebuah negara. Penempatan operasionalnya adalah di kedalaman laut, dengan bearing yang sulit dideteksi serta mengemban kerahasiaan tinggi. Hal ini bisa ditilik dari seragam harian pengawal kapal selam TNI AL yang berwarna hitam, dilengkapi baret hitam.

KRI Nanggala-402 dibuat galangan kapal Howaldt Deutsche Werke di Kiel--saat itu termasuk Jerman Barat sebelum unifikasi Jerman--pada 1981 setelah kontrak ditandatangani pada 1977.

Di Indonesia, KRI Nanggala-402 kerap disebut bersamaan dengan saudaranya, sesama kapal selam, yaitu KRI Cakra-401, bertipe sama, Type 209/1300, buatan HDW Jerman yang memiliki populasi cukup banyak di seluruh dunia dan dibuat secara lisensi, serta dikembangkan beberapa negara. Di antaranya oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering di Korea Selatan, masuk di kelas atau kategori Changbo-Go.

Kapal selam buatan Korea Selatan ini juga dibeli Indonesia dalam skema semula enam unit. Indonesia juga membangun kapal selam Changbo-Go di dermaga PT PAL, Surabaya.

Tiga dari kapal selam kelas Changbo-Go ini telah hadir di Tanah Air, yaitu KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.

Baca Juga: Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang Kontak, Kasus Pertama di Indonesia

KRI Nanggala-402 bersama KRI Cakra-401 menjadi kapal selam paling senior di TNI AL dengan catatan penugasan yang cukup panjang. Hanggar keduanya adalah dermaga Armada II TNI AL di Ujung, Surabaya.

Di antara keikutsertaan KRI Nanggala dalam operasi laut antara lain latihan gabungan TNI AL-Angkatan Laut Amerika Serikat, CARAT-8/02 pada 27 Mei—3 Juni 2002, di perairan Laut Jawa, Selat Bali, dan Situbondo.

Pada 2004 ikut serta dalam Latihan Operasi Laut Gabungan XV/04 di Samudra Hindia. Saat itu misi KRI Nanggala-402 adalah menenggelamkan bekas KRI Rakata, kapal tunda samudra buatan 1942.

Sebagai kapal selam yang berada di kelas menengah dengan sistem propulsi konvensional (non-nuklir), Type 209/1300 digerakkan motor listrik Siemens low-speed yang dayanya disalurkan secara langsung melalui suatu poros ke baling-baling kapal di buritan. Artinya, daya ini tidak memakai mekanisme tambahan lain.

Dibeli langsung di negara pembuat dalam kondisi serba baru, sistem persenjataan bawah lautnya terdiri dari 14 terpedo AEG, dan pemantau berupa periskop Zeiss yang ditempatkan di samping snorkel buatan Maschinenbau Gabler. Dan kewaspadaan situasional KRI Nanggala-402 mengandalkan sonar CSU-3-2 suite.

Tenaganya disuplai empat generator mesin diesel MTU supercharged, dilengkapi baterai listrik penyimpan daya, dan total daya dipasok mencapai 5.000 shaft dk (daya kuda).

Baterai-baterai listrik tadi mengambil sekitar 25 persen bobot total kapal selam yang secara keseluruhan mencapai 1.395 ton.

Secara dimensi, panjang keseluruhan Type 209/1300 adalah 59,5 m, diameter luar 6,3 m, dan diameter dalam 5,5 m.

Jika menyelam, kecepatan kapal maksimum 21,5 knot. Jumlah awak berdasarkan spesifikasi dasar pabrikan adalah 34 pelaut.

Sedangkan sistem persenjataan, terdapat empat belas torpedo 21 inci/533 mm dalam delapan tabung menjadi andalan utama sistem kesenjataannya, yang pada 2021 akan diuji kebolehannya pada latihan puncak di perairan utara Pulau Bali.

Dari tabung torpedo yang sempit itulah dapat juga menjadi wahana peluncuran manusia-manusia katak untuk misi penyusupan di belakang garis pertahanan musuh, suatu cara aksi yang berisiko tinggi sebetulnya.

Mengacu pada daftar nama komandan yang beredar, saat ini komandan KRI Nanggala-402 adalah Letnan Kolonel Pelaut Ansori yang mengemban tugas itu sejak 2019.

Pada Selasa (22/4/2021) dini hari pukul 03.00 WITA, disebutkan bahwa KRI Nanggala-402 hilang kontak dalam perannya sebagai salah satu unsur latgab TNI AL di perairan utara Pulau Bali.

Kini pencarian tengah dilaksanakan. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Achmad Riad mengatakan, "Saat ini masih menunggu perkembangan. Sementara keterangan sesuai yang disampaikan Bapak Panglima TNI. Terima kasih."

Load More