Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 05 April 2021 | 13:46 WIB
Museum Bali yang berlokasi di ibu kota Provinsi Bali, Denpasar [BeritaBali.com].

SuaraBali.id - Museum Bali berlokasi di Jalan Mayor Wisnu No.1, Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Arsiteknya adalah Curt Grundler, berkebangsaan Jerman dan dibangun pada 1910 sebagai museum etnografi.

Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan  SuaraBali.id, untuk memastikan bahwa konsep bangunan itu berbentuk pura Bali secara realistis, Curt Grundler mengerjakannya dengan seniman Bali sebagai penasehat.

Sayangnya, bangunan asli museum hancur pada 1917, akibat letusan Gunung Batur dan gempa bumi.

Lantas Walter Spies, seniman Jerman yang banyak mengerjakan karya seninya di Ubud, berinisiatif membangun ulang seperti bentuk yang bisa dijumpai sekarang. Sekaligus menjadi kurator Museum Bali pertama.

Baca Juga: Wisata Bali: Ingin Berperjalanan saat Pandemi Covid-19? Tetaplah Waspada

"Jika memasuki museum dari alun-alun, kita akan melihat sebuah patung orang Belanda bertopi yang membawa kantong uang. Ini adalah simbol eksploitasi para penjajah terhadap orang Indonesia," tulis Horst Henry Geerken, seorang warga Jerman, dalam bukunya "A Magic Gecko".

"Di halaman sebelahnya, kita akan melihat patung lain sebagai pendamping. Patung ini menggambarkan orang Belanda yang sedang mabuk, juga bertopi, tapi hidungnya yang merah karena mabuk dicat di wajahnya yang putih. Saya diberitahu di museum bahwa orang Belanda menawarkan sejumlah besar uang agar patung yang memalukan ini dibuang," tulis Horst Henry Geerken saat mengenang kembali kunjungannya ke Museum Bali pad 1964.

Pada awal 1960-an, lanjutnya, ada pula patung orang Belanda yang membawa sekantong uang di dinding sebelah utara, mengelilingi Kerta Gosa, istana kerajaan Klungkung. Patung ini juga sudah dibuang.

Di seantero daerah Bali, waktu itu, masih terdapat berbagai patung yang menggambarkan para penjajah Belanda. Seiring waktu, patung-patung ini mulai disingkirkan.

"Kita hanya bisa menebak mengapa patung-patung tadi terkonsentrasi di situ saja. Asumsi saya pasti ini berhubungan dengan perang Puputan yang terjadi di 1908," demikian tulis Horst Henry Geerken.

Baca Juga: Wisata Bali: Kemenperin Dukung Pilot Project Mobil Listrik Bagi Wisatawan

Load More