Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Senin, 01 Maret 2021 | 18:44 WIB
Perjalanan darat dari Jakarta ke Bali pada 1964. [BeritaBali/Ist]

Di sini pula mereka mencukur rambut, berteman, dan melerai permusuhan. Perempuan yang memangggul keranjang penuh dengan hasil kebun berjalan ke pasar untuk mencari nafkah.

Di luar rumah ada keranjang tenunan kasar yang berisi harta paling berharga dan dicintai lelaki Bali yakni ayam petarung.

Si pemilik ayam biasanya duduk sambi memijat dan menimang-nimang ayamnya agar kuat dalam pertarungan berikutnya. Dimana-mana di jalan, di luar rumah dan di bawah pohon beringin suci, terdapat sesajen yang ditaruh di dalam keranjang anyaman.

Perempuan berpakaian tradisional berdoa dan mencipratkan air yang sudah disucikan dengan gerakan tangan yang anggun. Patung penjaga pura yang dipahat dengan artistik di depan gapura dan pohon beringin diberi kain kotak-kotak warna hitam putih.

Baca Juga: Wisata Bali Akan Dibuka, Terapkan Free COVID Corridor

"Setelah menempuh perjalanan yang berat selama seminggu dari Jakarta ke Bali, akhirnya saya sampai di tempat tujuan yakni pembangunan Bandara Tuban (Ngurah Rai)," kenangnya.

Load More