SuaraBali.id - Melalui bukunya berjudul A Magic Gecko, seorang warga Jerman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi Jerman, Horst Henry Geerken, menceritakan sejarah Bandara Ngurah Rai yang kala itu bernama Tuban.
Januari 1964, Geerken, pergi ke Bali untuk bekerja di proyek pembangunan Bandara Tuban berlokasi di Badung, Bali.
Saat itu, Bandara Tuban (Ngurah Rai) hanyalah sebuah landasan rumput sederhana bergelombang dan hanya sekali-sekali didarati oleh pesawat kecil.
Presiden Sukarno ingin menjadikan bandara ini berstandar internasional untuk membuka Bali bagi destinasi pariwisata.
Henry bertugas menyediakan alat-alat yang berhubungan dengan telekomunikasi. Saat tiba di Bali, pembangunan bandara telah dimulai.
Perusahaaan Jerman tempatnya bekerja yakni Grun & Bilfinger, memperoleh kontrak untuk membangun landasan. Dia pun mengurus perencanaan fasilitas pemancar dan penerimaan.
"Kami harus melakukan tes lapangan untuk menentukan lokasi terbaik untuk bangunan dan antena yang dibutuhkan. Banyak yang harus dikerjakan sehingga saya sibuk berminggu-minggu. Pada hari Minggu saya bebas bepergian untu mengenal tempat itu dan masyarakatnya," tulisnya dilansir laman BeritaBali, Senin (1/3/2021).
Presiden Sukarno waktu itu terobsesi dengan gagasan untuk memiliki landasan yang menjorok ke laut seperti bandara di Kai Tak, Hongkong.
Sederetan truk membawa jutaan meter kubik batu untuk menguruk laut siang malam. Batu-batu tersebut ditambang dari bagian selatan pulau.
Baca Juga: Mantan Pasien Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa Sayat Leher Perawat
Pekerjaan paling sulit yakni dilakukan oleh ratusan perempuan, sementara para lelaki duduk di kursi ekskavator dan memuat truk begitu truk-truk tersebut tiba.
"Seorang ahli Jerman bercerita bahwa orang Bali bisa dilatih menjadi pengemudi ekskavator yang andal hanya dalam hitungan jam. Di Jerman, biasanya pelatihan makan waktu berbulan-bulan," tulisnya.
Menurutnya, satu-satunya masalah adalah mereka kesulitan mematikan mesin pada sore hari. Mereka langsung pulang dengan membirkan mesin tetap menyala.
Ketika pekerjaan menguruk dianggap selesai, ruang berongga di bawah tepi laut berkarang runtuh dan pasir landasan lenyap di bawah laut.
Para insinyur Grun & Bilfinger kehabisan akal tapi tidak putus asa. Truk-truk datang kembali dengan lebih banyak batu. Setelah runtuh ke dalam laut beberapa kali, barulah landasan berdiri dan pekerjaan selesai.
Pada masa-masa awal, lalu lintas udara di Bandara Tuban (Ngurah Rai) belum terlalu padat. Saat bandara mulai digunakan, masih ada jalan yang melintang di landasan menuju sebuah pura Hindu di dekatnya.
Berita Terkait
-
Bandara Kualanamu Cari Mitra untuk Kelola Lahan 4.980 m2
-
Wih! Bandara Jenderal Sudirman Purbalingga akan Beroperasi April 2021
-
Garuda Indonesia Gagal Mendarat di Bandara Supadio Pontianak
-
Akhirnya, Ada Kesepakatan Ganti Rugi Lahan Bandara Sukadana
-
Bikin Haru, Ini Alasan Ajudan Pribadi Minta Kasus Pencuri HP-nya Dihentikan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali
-
5 Mobil Keluarga dengan 'Kaki-Kaki' Jangkung Anti Banjir