SuaraBali.id - Pandemi Covid-19 mengakibatkan pariwisata Pulau Bali khususnya di kawasan Kuta lumpuh. Aktivitas perekonomian turunan pariwisata seperti akomodasi, makan dan minum (akmamin) juga terimbas.
Di Bali, ada ribuan bahkan ratusan usaha di jasa ini yang menggantungkan hidup ke sektor pariwisata.
Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Bali menurun lebih dalam hingga minus 10,98 %, akibat penurunan tajam pendapatan dari sektor pariwisata.
Menurut Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace dalam beberapa kesempatan mengatakan, Bali kehilangan setidaknya Rp9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata selama pandemi Covid-19 melanda dunia.
Baca Juga: Studi: Kecemasan Selama Covid-19 Berpengaruh Terhadap Citra Tubuh
Sektor inilah yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19 karena pulau yang berjuluk seribu pura ini sepi dari kunjungan wisatawan.
Namun, dari sekian ratus ribu usaha yang tutup akibat pandemi, masih ada beberapa usaha memilih tetap bertahan dan optimis menggelar lapak.
Seperti yang terlihat di jalan raya Tuban. Kawasan ini terkenal dengan pusat aktivitas ekonomi pariwisata mulai dari oleh-oleh hingga tempat kuliner hits Bali yang disediakan untuk wisatawan.
Pantauan SuaraBali.id pada Minggu, (24/10/2020) terlihat kendaraan dari beberapa kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung memadati beberapa gerai di jalan yang memiliki jarak satu kilometer dengan pantai Kuta ini.
Warung Nasi Pedas Bu Andika misalnya. Warung nasi tradisional ini terlihat ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik.
Baca Juga: Begini Cara Sederhana Hilangkan Stres di Kala Pandemi Covid-19
Andy Kusnato, manager Nasi Pedas Bu Andika mengatakan, pihaknya tetap optimis dalam menjalankan bisnis warungnya selama pandemi.
Hal ini dilakukan karena ada hal yang diprioritaskan yaitu tetap mempekerjakan para karyawannya. Meskipun diakuinya, sudah ada pengurangan karyawan sebanyak 50 persen dari total 50 orang karyawan.
"Kita masih tetap buka mas. Karena kami tidak ada pilihan lain. Selain itu kami juga kasihan sama karyawan. Mereka mau kerja dimana, di tempat asal mereka juga tidak ada pekerjaan. Kalau di sini yang penting mereka bisa bertahan," ujarnya saat ditemui SuaraBali.id.
Pria asal Sukoharjo Jawa Tengah ini mengaku, pandemi ini memang sangat memukul bisnis kuliner yang sudah lama dia kelolanya.
Andy mengatakan jika saat kondisi normal mereka bisa melayani pembeli sebanyak hampir seribu porsi dengan menghabiskan ayam sebanyak satu kuintal, beras 75 kilo dan mampu menghabiskan satu pickup sayur setiap hari.
Namun saat musim pandemi ini hanya puluhan porsi setiap harinya dengan hanya menghabiskan 10 kilogram ayam, 15 kilogram beras serta beberapa keresek sayur-mayur.
"Sangat jauh dan terdampak sekali akibat pandemi ini. Kita sepi sudah sejak bulan April, Mei Juni. Sempat naik di awal Juli hingga libur Agustus. Namun sempat sepi lagi mas terutama ketika penerapan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) oleh pemerintah DKI. Itu kami terdampak mas.," imbuhnya.
Nasi Pedas Bu Andika ini memiliki tiga gerai yang sudah terkenal bagi kalangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Gerai nasi pedas ini dapat mudah ditemui di Jala Raya Kuta Tuban, Jalan Patih Jentik dan Jalan raya Blambangan Kuta.
Selama pandemi, gerai kuliner ini tetap menerapkan protokol kesehatan demi mencegah kasus Covid-19 di Bali.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kadek Muliasih, salah seorang staf kasir di salah satu gerai oleh-oleh di delat pantai Kuta. Menurutnya, pandemi ini benar-benar membuat bisnis di toko yang dijaganya terimbas.
"Untuk berapa penurunannya itu bos kami yang tau. Tapi yang jelas sangat terdampak. Gerai kami memilih tetap dibuka karena kami optimis wisatawan khususnya wisatawan domestik akan kembali ramai," tandasnya.
Di lain pihak, meski pariwisata domestik sudah dibuka, beberapa objek wisata di Bali masih terlihat sepi. Seperti yang terlihat di Pantai Kuta. Di sana, hampir tidak ada aktivitas masyarakat maupun wisatawan.
Pantai yang biasanya ramai dari kunjungan wisatawan untuk bermain surfing atau sekedar bermain pantai kini sepi seperti tak berpenghuni. Beberapa stand minuman serta gerai art shop masih banyak yang tutup.
Kontributor : Sultan
Berita Terkait
-
Aktivasi Co-Branding Wonderful Indonesia Ajak Masyarakat Jaga Keindahan Alam dan Budaya
-
Kumpulan Mod BUSSID Bus Pariwisata: Dari HD, SHD, Hingga Double Decker!
-
Industri Pariwisata Yordania Terpuruk Akibat Konflik Israel-Hamas
-
Hotel Nombok Pajak OTA Asing, Menpar Kaji Kebijakan Baru untuk Industri Pariwisata
-
Masyarakat Bakal Dimanja dengan Tiket Pesawat Murah di Pemerintahan Prabowo
Terpopuler
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Beda Respons Ariel NOAH dan Raffi Ahmad Kunjungi Patung Yesus Sibea-bea
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Innalillahi, Elkan Baggott Bawa Kabar Buruk Lagi H-1 Timnas Indonesia vs Jepang
Pilihan
-
Penyerangan Brutal di Muara Komam: Dua Korban Dibacok, Satu Tewas di Tempat
-
Kata Irfan Setiaputra Usai Dicopot Erick Thohir dari Dirut Garuda Indonesia
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Spek Gahar, Terbaik November 2024
-
Lion Air Bikin Aturan Baru Mulai 1 Desember: Bawa Kardus Besar, Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam!
-
Emiten Leasing Boy Thohir PHK Ribuan Pekerja dan Tutup Kantor
Terkini
-
Raja-raja di Bali Minta Bandara Bali Utara Dibangun di Atas Laut
-
Cerita Warga Saat Kejadian Erupsi Gunung Lewotobi, Lari Dan Hanya Ada Pakaian di Badan
-
Masyarakat di Pesisir Lombok Diminta Mewaspadai Gelombang 2 Meter Dan Banjir Rob
-
Karyawan Toko di Mall Bali Galeria Curi HP Seharga Rp 13 Juta Dijual Online Seharga Rp 7,9 Juta
-
Kunjungi Bayi Gibran di Pengungsian Gunung Lewotobi Wapres Beri Pesan Khusus