Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Senin, 26 Oktober 2020 | 13:36 WIB
Warung nasi pedas Bu Andika Kuta. (Suara.com/Sultan)

SuaraBali.id - Pandemi Covid-19 mengakibatkan pariwisata Pulau Bali khususnya di kawasan Kuta lumpuh. Aktivitas perekonomian turunan pariwisata seperti akomodasi, makan dan minum (akmamin) juga terimbas.

Di Bali, ada ribuan bahkan ratusan usaha di jasa ini yang menggantungkan hidup ke sektor pariwisata.

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Bali menurun lebih dalam hingga minus 10,98 %, akibat penurunan tajam pendapatan dari sektor pariwisata.

Menurut Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace dalam beberapa kesempatan mengatakan, Bali kehilangan setidaknya Rp9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata selama pandemi Covid-19 melanda dunia.

Baca Juga: Studi: Kecemasan Selama Covid-19 Berpengaruh Terhadap Citra Tubuh

Sektor inilah yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19 karena pulau yang berjuluk seribu pura ini sepi dari kunjungan wisatawan.

Namun, dari sekian ratus ribu usaha yang tutup akibat pandemi, masih ada beberapa usaha memilih tetap bertahan dan optimis menggelar lapak.

Seperti yang terlihat di jalan raya Tuban. Kawasan ini terkenal dengan pusat aktivitas ekonomi pariwisata mulai dari oleh-oleh hingga tempat kuliner hits Bali yang disediakan untuk wisatawan.

Warung nasi pedas Bu Andika Kuta. (Suara.com/Sultan)

Pantauan SuaraBali.id pada Minggu, (24/10/2020) terlihat kendaraan dari beberapa kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung memadati beberapa gerai di jalan yang memiliki jarak satu kilometer dengan pantai Kuta ini.

Warung Nasi Pedas Bu Andika misalnya. Warung nasi tradisional ini terlihat ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik.

Baca Juga: Begini Cara Sederhana Hilangkan Stres di Kala Pandemi Covid-19

Andy Kusnato, manager Nasi Pedas Bu Andika mengatakan, pihaknya tetap optimis dalam menjalankan bisnis warungnya selama pandemi.

Hal ini dilakukan karena ada hal yang diprioritaskan yaitu tetap mempekerjakan para karyawannya. Meskipun diakuinya, sudah ada pengurangan karyawan sebanyak 50 persen dari total 50 orang karyawan.

"Kita masih tetap buka mas. Karena kami tidak ada pilihan lain. Selain itu kami juga kasihan sama karyawan. Mereka mau kerja dimana, di tempat asal mereka juga tidak ada pekerjaan. Kalau di sini yang penting mereka bisa bertahan," ujarnya saat ditemui SuaraBali.id.

Andy Kusnato, manager nasi pedas Bu Andika Kuta. (Suara.com/Sultan)

Pria asal Sukoharjo Jawa Tengah ini mengaku, pandemi ini memang sangat memukul bisnis kuliner yang sudah lama dia kelolanya.

Andy mengatakan jika saat kondisi normal mereka bisa melayani pembeli sebanyak hampir seribu porsi dengan menghabiskan ayam sebanyak satu kuintal, beras 75 kilo dan mampu menghabiskan satu pickup sayur setiap hari.

Namun saat musim pandemi ini hanya puluhan porsi setiap harinya dengan hanya menghabiskan 10 kilogram ayam, 15 kilogram beras serta beberapa keresek sayur-mayur.

"Sangat jauh dan terdampak sekali akibat pandemi ini. Kita sepi sudah sejak bulan April, Mei Juni. Sempat naik di awal Juli hingga libur Agustus. Namun sempat sepi lagi mas terutama ketika penerapan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) oleh pemerintah DKI. Itu kami terdampak mas.," imbuhnya.

Warung nasi pedas Bu Andika Kuta. (Suara.com/Sultan)

Nasi Pedas Bu Andika ini memiliki tiga gerai yang sudah terkenal bagi kalangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Gerai nasi pedas ini dapat mudah ditemui di Jala Raya Kuta Tuban, Jalan Patih Jentik dan Jalan raya Blambangan Kuta.

Selama pandemi, gerai kuliner ini tetap menerapkan protokol kesehatan demi mencegah kasus Covid-19 di Bali.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kadek Muliasih, salah seorang staf kasir di salah satu gerai oleh-oleh di delat pantai Kuta. Menurutnya, pandemi ini benar-benar membuat bisnis di toko yang dijaganya terimbas.

"Untuk berapa penurunannya itu bos kami yang tau. Tapi yang jelas sangat terdampak. Gerai kami memilih tetap dibuka karena kami optimis wisatawan khususnya wisatawan domestik akan kembali ramai," tandasnya.

Potret Kuta saat pandemi. (Suara.com/Sultan)

Di lain pihak, meski pariwisata domestik sudah dibuka, beberapa objek wisata di Bali masih terlihat sepi. Seperti yang terlihat di Pantai Kuta. Di sana, hampir tidak ada aktivitas masyarakat maupun wisatawan.

Pantai yang biasanya ramai dari kunjungan wisatawan untuk bermain surfing atau sekedar bermain pantai kini sepi seperti tak berpenghuni. Beberapa stand minuman serta gerai art shop masih banyak yang tutup.

Kontributor : Sultan

Load More