Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 13 Oktober 2020 | 13:47 WIB
Pulau Bali (Google)

SuaraBali.id - Pulau Bali akan diterjang La Nina selama 6 bulan ke depan. La Nina merupakan fenomena iklim. Umum terjadi pada masa La Nina adalah curah hujan tinggi dan musim dingin yang melebihi minus 0,5 derajat celcius.

Kondisi ini dapat menimbulkan bencana banjir, longsor maupun kerusakan pada tanaman atau gagal panen.

Pemerintah pula mulai mengantisipasi potensi adanya klaster atau penyebaran penularan COVID-19 melalui pengungsian mengingat kemungkinan terjadinya fenomena la nina yang berdampak pada terjadinya multi-bencana.

Ilustrasi la nina. [Wikipedia

“Contoh Oktober banyak hujan deras dan juga longsor, mungkin tsunami, gempa, berpengaruh COVID-19 karena pengungsian,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam jumpa pers setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi dari Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/10/2020).

Baca Juga: Jokowi Perintahkan Secepat-cepatnya Sebarkan Perkembangan Cuaca ke Daerah

Jokowi memimpin rapat terbatas dengan topik Antisipasi Bencana Hidrometeorologi yang melibatkan sejumlah menteri dan pejabat terkait.

Dalam rapat tersebut, Luhut mengatakan, dilaporkan bahwa dalam enam bulan ke depan diperkirakan akan terjadi fenomena la nina di Pasifik yang berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia.

“Hujan curahnya naik sampai 40 persen dan itu membuat kita antisipasi, bisa saja ada multibencana, misalnya la nina, hujan deras, gempa, tsunami,” katanya.

Oleh karena itu, kata Luhut, Presiden telah mengingatkan jajarannya agar mengacu pada laporan BMKG sebagai landasan dalam bekerja.

“Kita akan bisa mengurangi kemungkinan-kemungkinan keterlambatan kalau terjadi peristiwa semacam itu,” kata Luhut.

Baca Juga: BMKG 'Warning' Ancaman La Nina dan Curah Hujan Tinggi, Termasuk di Jatim

Maka untuk mengantisipasi bencana hingga dampaknya, termasuk klaster COVID-19 dari pengungsian, pemerintah berharap masyarakat turut membantu.

“Jangan sampai tidak menuruti warning yang sudah disebarluaskan BMKG. Saya usulkan dalam rakor-rakor kami penguatan BMKG agar lebih paten, teknologi lebih bagus, pemda warning, bangun satu sistem early warning. Begitu juga yang lain-lain,” katanya.

Dalam rapat tersebut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga telah memaparkan kemungkinan terjadinya la nina kepada seluruh gubernur se-Jawa Bali.

“Kami mengantisipasi sejak dua minggu lalu sehingga jangan karena bencana para gubernur tidak siap karena angkanya agak tinggi, bisa 40 persen dari normal,” katanya. (Antara)

Load More