Data Pribadi Anda Bisa Jadi Bungkus Sayur, Kasus Tuban Jadi Peringatan Serius Soal Privasi

Ini adalah pelanggaran serius terhadap privasi dan keamanan data yang seharusnya dijaga ketat oleh fasilitas kesehatan.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 16 Juni 2025 | 19:23 WIB
Data Pribadi Anda Bisa Jadi Bungkus Sayur, Kasus Tuban Jadi Peringatan Serius Soal Privasi
Ilustrasi kartu keluarga atau KK. [Ist]

SuaraBali.id - Sebuah insiden menghebohkan baru-baru ini mengguncang Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dan seharusnya menjadi alarm keras bagi kita semua.

Hal ini karena data pribadi Anda yang seharusnya aman dan rahasia, tiba-tiba ditemukan terserak bebas di tumpukan kertas bekas yang dijual untuk membungkus sayur.

Inilah kenyataan pahit yang dialami seorang pedagang sayur di Tuban, yang secara tak sengaja membeli kertas berisi dokumen sensitif pasien Puskesmas Semanding.

Kejadian ini diduga bukan sekadar kelalaian biasa. Ini adalah pelanggaran serius terhadap privasi dan keamanan data yang seharusnya dijaga ketat oleh fasilitas kesehatan.

Baca Juga:BMKG: Gempa Guncang Bali Hingga Jawa Timur

Menurut akun Info Tuban dan akun X @bacottetanggaid, kertas bekas yang dibeli sang pedagang sayur dari pasar ternyata berisi dokumen penting berupa data pribadi pasien Puskesmas Semanding.

Dalam tumpukan kertas tersebut, terlihat jelas berbagai data sensitif, mulai dari nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon, usia, hingga fotokopi Kartu Keluarga.

Data-data ini seharusnya dirahasiakan dan dimusnahkan, bukan diperjualbelikan bebas sebagai kertas bekas.

Bukti berupa foto dokumen yang tersebar di media sosial menunjukkan lembaran Kartu Rawat Jalan milik pasien dengan cap resmi Puskesmas Semanding, lengkap dengan tulisan tangan medis dan data pasien.

"Kok bisa? Data pribadi pasien Puskesmas ditemukan di kertas bungkus sayur," tulis akun tersebut seperti dikutip pada Senin (16/6/2025).

Baca Juga:Hari Ini Diprediksi Jadi Puncak Arus Balik ke Bali Melalui Terminal Mengwi

Pertanyaan ini seharusnya bergema di benak setiap masyarakat.

Kejadian ini sontak memicu reaksi keras dari warganet yang geram atas kelalaian pengelolaan dokumen penting tersebut.

Seorang netizen dengan akun @kop**** menuliskan, “Itu semua data confidential. Emang nggak ada penghancur kertas?? Atau lebih memikirkan untung buat kiloin kertas yg ndak seberapa tu,” ujarnya.

 “Yang saya heran kok kita ini ketemu apa apa saja masih heran dan suka kagetan, seperti baru dua hari tinggal di endonesah tercinta. Lha masa ga tahu ini negara model apaan?” ujar @ato****

Netizen @roh**** juga mengungkapkan keresahannya.

“Ini bukan sekadar lalai, tapi sudah masuk ranah pelanggaran privasi serius. Data pribadi bukan sampah. Ada tanggung jawab hukum dan moral di balik pengelolaannya. Semoga ada tindakan tegas dari pihak berwenang,” tulisnya.

Ia menegaskan bahwa masalah ini bukan hanya soal administrasi, melainkan pelanggaran hukum yang menyangkut Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.

Ini adalah poin krusial yang harus kita pahami sebagai masyarakat.

Data kita dilindungi oleh hukum, dan pelanggarannya memiliki konsekuensi serius.

Sementara itu, @4_ab**** memberikan sindiran pedas, “Pemerintah kita ini pelayanan nya dan kerahasiaan data rakyatnya sangat bobrok hingga ke akar akarnya. Buktinya sdh jelas dan sudah sering di share juga beritanya di medsos.” Tulisnya.

Kasus serupa bukanlah yang pertama dan sudah sering terjadi, hanya saja luput dari tindakan serius.

Kejadian ini menjadi bukti nyata lemahnya pengawasan dan pengelolaan dokumen di fasilitas pelayanan publik.

Dampak Fatal Kebocoran Data

Data pribadi adalah aset penting yang wajib dijaga kerahasiaannya.

Di tengah maraknya penyalahgunaan data untuk pinjaman online ilegal, penipuan, dan kejahatan siber lainnya, kelalaian semacam ini sangat berbahaya.

Bayangkan, dengan data seperti nama lengkap, alamat, nomor telepon, dan bahkan fotokopi Kartu Keluarga, para pelaku kejahatan siber dapat dengan mudah melakukan berbagai modus penipuan yang merugikan.

Dari pembukaan akun palsu, pengajuan pinjaman online ilegal atas nama Anda, hingga pencurian identitas yang lebih kompleks, risiko yang mengintai sangatlah nyata dan meresahkan.

Kini, masyarakat berharap pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan pengelola Puskesmas Semanding, segera melakukan investigasi mendalam.

Diperlukan SOP yang ketat soal penghancuran dokumen dan pengawasan agar kasus serupa tidak terulang.

Selain itu, aparat penegak hukum diharapkan turun tangan untuk memastikan ada sanksi bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Perlindungan data pribadi bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan terhadap hak warga negara.

Kasus di Tuban ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi seluruh instansi di Indonesia. Data pribadi bukanlah sampah.

Ketika kelalaian terjadi, risikonya bisa sangat fatal bagi individu yang datanya bocor maupun citra institusi yang lalai menjaganya.

Masyarakat harus lebih sadar dan proaktif dalam menjaga data pribadi mereka.

Pertanyakan prosedur penanganan data di setiap instansi yang Anda kunjungi, dan jangan ragu untuk melaporkan jika menemukan indikasi kelalaian.

Keamanan data adalah tanggung jawab bersama, namun pemicunya seringkali berasal dari sistem yang lemah.

Sudah saatnya kita menuntut perbaikan mendasar dan menjamin bahwa privasi kita terlindungi dengan baik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini