Setelah masuk SSB, Kai sempat mencoba beragam posisi termasuk kiper.
Namun, saat berusia 7 tahun, Kai mulai berkeinginan untuk menjadi wasit.
Rino kemudian mendukung anaknya dengan membelikan perlengkapan khas wasit seperti peluit dan kartu.
“Kalau friendly match SSB itu kan coach-nya (pelatihnya) jadi wasit. Mungkin secara gak langsung dia lihat coach-nya,” ungkap Rino.
Baca Juga:Koster Traktir Anak Muda di Denpasar Seribu Kopi Merayakan Tumpek Klurut
“Dibeliin baju, peluit, kartu, lalu dia coba mimpin,” imbuh dia
Rino yang juga bermain untuk Bali Bulldogs itu kemudian beberapa kali mengajak anaknya untuk menjadi wasit utama atau hakim garis.
Dari sana, Rino melihat potensi ketegasan yang dimiliki anaknya selama menjadi wasit.
Hingga, akhirnya Kai mulai terbiasa dengan peran sebagai pengadil di lapangan.
“Dia saya ajak jadi wasit kalau yang tanding saya. Kalau saya tanding, satu paket. Saya pasti bawa hakim garis, hakim garisnya dia,” tuturnya.
Baca Juga:Berbagi Berkah Kurban Antar Umat Beragama dengan Tradisi Ngejotin di Bali
Rino juga berinisiatif mengoleksi momen kala anaknya menjadi wasit di akun media sosial Instagram @wasit.ganteng.
Dari sana, Kai nampak leluasa dalam memimpin pertandingan sepakbola hingga mini soccer, lengkap dengan atribut wasit termasuk jersey khas berwarna hijau neon.
Dia memahami jika melihat perkembangan anaknya belajar menjadi wasit tidak hanya dinilai dari unsur sepakbolanya saja.
Karena menurutnya dengan berani menjadi wasit, dia mengharapkan Kai bisa belajar kepemimpinan juga sejak dini.
Dia juga berencana untuk mengajak anaknya lagi dalam pekan-pekan terakhir kompetisi Bali Masters untuk melihat langsung pengambilan keputusan wasit profesional pada laga kompetitif.
“Ini ada juga bagian dari pertandingan yang bisa mengubah mindset kamu untuk mimpin sebuah pertandingan. Gimana belajar leadership dari usia dini,” ujarnya.