Pelatihan yang dimaksud salah satunya seperti pembuatan laporan keuangan.
Menurut Huda, banyak sekali pelaku usaha yang mencampur adukkan keuangan keluarga dengan usahanya sehingga banyak yang bingung sudah seberapa besar keuntungan murni dari usahanya tersebut.
“Ini yang kita dorong seperti halnya Amartha untuk membantu memberikan pengetahuan tentang laporan keuangan sederhana,” jelasnya.
Pembahasan dalam diskusi ini juga diwarnai dengan pendapat para peserta tentang keadaan keuangan di Bali mulai dari sektor produksi hingga jasa.
Baca Juga:Lebih Senior 10 Tahun, Maxime Bouttier Kaget dengan Gaya Hidup Tak Biasa Luna Maya
Di Bali, UMKM lokal menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi 5,48 persen pada 2024, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 5,03 persen.
Meski menjadi tulang punggung perekonomian nasional, UMKM di Indonesia ternyata masih mengalami sejumlah tantangan sulit naik kelas dari ultra mikro menjadi usaha mikro dan usaha menengah.
Keterbatasan akses keuangan, teknologi, hingga kebijakan yang tepat sasaran, menjadi poin penting yang juga disuarakan dalam diskusi ini.
Gagasan dari para peserta yang hadir mengenai kondisi UMKM lokal di Bali mengenai isu mengenai ketimpangan akses pasar, perizinan, hingga regulasi untuk mendorong UMKM lokal Bali bersaing dengan bisnis asing, akan menjadi poin yang dibahas lebih dalam pada kegiatan utama The 2025 Asia Grassroots Forum.
Untuk itu Amartha mengajak para pengamat, praktisi, peneliti, akademisi, LSM, regulator, investor, dan media untuk menghadiri acara The 2025 Asia Grassroots Forum yang akan diselenggarakan di Grand Hyatt Nusa Dua, Bali pada Mei mendatang.
Baca Juga:Kemenperin Minta Bali Koordinasi Soal Pelarangan AMDK, Koster : Nggak Perlu, Ini Kewenangan