Makna Pengantin Bali Mandi di Sungai Setelah Upacara

Perkembangan zaman membuat pasangan pengantin kini hanya ke kamar mandi dan nunas Tirta dari rumah saja.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 06 November 2023 | 09:47 WIB
Makna Pengantin Bali Mandi di Sungai Setelah Upacara
Ilustrasi pernikahan adat Bali Jennifer Jill dan Ajun Perwira (Instagram/@ajunperwira)

SuaraBali.id - Tradisi pengantin mandi di Bali dilakukan pasangan di Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Gianyar, Bali. Mereka melakukan mandi di Sungai yang mana hal tersebut adalah tradisi yang hampir punah.

Acara mandi di sungai ini berlangsung usai natab atau upacara.

Pemangku Pura Dalem Sukaluwih, Ketut Suandika, 54, menjelaskan tradisi mandi di sungai ini diwarisi secara turun temurun berdasarkan kuna dresta.

"Mandi ke Tukad (sungai) bagi mempelai itu wajib sebenarnya. Nunas pengelukatan Ida Bhatari Gangga untuk menyucikan mempelai secara lahir batin, dengan harapan mendapat momongan anak suputra," jelas dia sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suarabali.id.

Perkembangan zaman membuat pasangan pengantin kini hanya ke kamar mandi dan nunas Tirta dari rumah saja.

"Pergeseran karena Hindu di Bali sifatnya fleksibel," jelas dia.

Adapun acara mandi di sungai ini, bukan makna yang sesungguhnya.

Hanya membasuh kaki, wajah dan tangan. Tujuannya mulia, untuk membersihkan diri lahir dan batin.

Pernikahan Bali Dan Pawiwahan

Umat Hindu Bali juga mengenal pernikahan dengan Pawiwahan.

Berdasarkan jurnal Upacara Pawiwahan Dalam Agama Hindu karya Luh Sukma Ningsih, upacara pawiwahan ini termasuk ke dalam upacara manusia yadnya.

Sesungguhnya pawiwahan adalah ikatan suci dan komitmen sepanjang hidup menjadi suami dan istri, serta merupakan ikatan sosial yang paling kuat yang ada antara laki-laki dan perempuan.

Wiwaha ini memiliki kedudukan penting dan dipandang mulia dalam kehidupan umat Hindu.

Dalam hal ini, sepasang laki-laki dan perempuan saling mengikatkan diri secara lahir dan batin.

Mereka akan menjadi pasangan suami istri untuk membangun rumah tangga, serta melaksanakan tanggung jawab bersama-sama di dalamnya.

Pawisahan di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada seluruh masyarakat bahwa dua orang anak manusia yang telah bersama dan menjadi suami dan istri.

Upacara pawiwahan biasa dibarengi dengan upacara pembersihan terhadap sukla swanita (bibit) dari kedua mempelai, dengan tujuan agar bibit mereka terbebas dari pengaruh buruk dan gangguan Bhuta Kala.

Sehingga ketika terjadi pembuahan, maka manik (anak) yang terbentuk merupakan anak yang bersih, baik, dan suci, dan akan tumbuh menjadi pribadi yang berguna di masyarakat nantinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini