Tradisi Mesantalan di Karangasem, Para Pemuda Saling Lempar Tipat Lungsuran Banten

Ketupat tersebut diyakini ketipat tersebut akan membawa berkah bagi mereka

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 29 Oktober 2022 | 10:00 WIB
Tradisi Mesantalan di Karangasem, Para Pemuda Saling Lempar Tipat Lungsuran Banten
Tradisi Mesantalan di Karangase,Bali. [Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Tradisi Mesantalan di Desa Pakraman Duda di Dusun Bangbang Biaung, rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Acara ini merupakan ritual penutup rangkaian Aci Ngusaba Kapat di Karangasem, Bali.

Sebelum tradisi ini dimulai, ratusan krama laki - laki, perempuan, remaja hingga anak - anak, mulai berdatangan membawa banten ke Pura Puseh yang berada sekitar 500 meter di sebelah selatan Kantor Camat Selat tersebut.

Setelah semua krama hadir, banten yang dibawa langsung dihaturkan di area utama mandala pura.

Para pemangkut muput sedangkan sebagian krama laki - laki duduk menunggu persembahyangan di area madya mandala Pura. Sementara yang lain ada juga yang terlihat ngobrol di luar Pura.

Baca Juga:Sungai Yeh Ho Tabanan Kembali Makan Korban, Pria Paruh Baya Diduga Tenggelam

Hingga munculnya pertanda dari pengelingsir pura, seluruh krama kemudian menuju areal utama mandala untuk mengikuti persembahyangan bersama yang dipuput oleh seorang pemangku.

Setalah persembahyangan, tepat pukul 14.30 WITA, krama laki - laki kemudian membaur menjadi dua kelompok.

Satu kelompok berada di utama mandala pura dan sebagain ada di area madya mandala pura.

Setelah menempati posisi masing - masing, kedua kelompok itu saling melempari satu sama lainnya menggunakan ketipat (ketupat) lungsuran dari bebanten yang sebelumnya telah haturkan oleh krama di Pura Puseh.

"Tipat yang dilemparkan itu adalah tipat lungsuran dari banten yang dihaturkan sebelumnya oleh krama, ini maknanya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan dengan harapan seluruh warga selalu diberikan kemakmuran," tutur I Komang Gede Sutama selaku pengelingsir Pura Puseh Bangbang Biaung sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.

Baca Juga:Nekat Naik Gunung Agung Tanpa Pemandu, Dua Bule Inggris Tersesat

Setelah adanya tradisi ini, ketipat atau ketupat yang sebelumnya telah dilemparkan akan dipungut oleh karama untuk nantinya dibawa pulang.

Ketupat tersebut diyakini ketipat tersebut akan membawa berkah bagi mereka.

Sementara itu, tradisi "Mesantalan" Ini kata Sutama adalah rangkaian akhir dari Aci Ngusaba Kapat yang rutin digelar setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari ke-11 setelah upacara penyineban aci Ngusaba Kapat di Desa Pakraman Duda yang jatuh pada hari ini dan bertepatan dengan hari raya Sarawati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini