SuaraBali.id - Pekerja Migran Indonesia (PMI) Ismawati Binti Mahsan asal Kebon Talo Jaya, Ampenan Utara, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, NTB diduga tidak menerima gaji selama bekerja di Arab Saudi.
Mirisnya lagi, keluarga tidak dapat berkomunikasi selama belasan tahun. Peristiwa ini pun sudah dilaporkan ke instansi terkait. Namun sayang, diduga tidak tidak ada kejelasan.
Mahsan orang tua Ismawati menceritakannya anaknya berangkat ke Saudi Arabia agustus tahun 2010 melalui jalur resmi dan sesuai dengan peraturan yang ada.
Sejak berangkat hingga menuju negara penempatan keluarga tidak dapat berkomunikasi. Bukan hanya itu, gaji selama bertahun-tahun bekerja tidak pernah dikirim ke tanah air. Keluarga menduga anaknya bekerja tanpa digaji.
Baca Juga:Sekoci dan 3 ABK Hilang Kontak di Pantai Gunungkidul, SAR Temukan Serpihan Kapal
"Jangankan kirim gaji kabar beritanya aja gak ada," katanya kepada suara.com, Sabtu (7/5/2022).
Atas kejadian keluarga tidak tinggal diam, pihaknya sudah melaporkan ke Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tahun 2013. Namun keluarga harus menelan rasa kecewa sebab aduan yang dilayangkan seolah tidak mendapatkan kejelasan. Keluarga juga sudah melaporkan ke Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) dan hasilnya masih nihil.
"Sudah dilaporkan tapi tidak ada respon," keluhnya.
Peruntungan lain sudah dicoba keluarga guna mendapatkan kejelasan dengan menghubungi PT tempat Ismawati berangkat. Namun lagi-lagi, pihak PT berdalih berkas-berkas sudah hilang akibat gempa.
"Kami gak mau apa-apa, anak kami bisa pulang itu saja," katanya kesal.
Ketua Himpunan Buruh Migran Indonesia (HIPMI) NTB Moh Sirojudin berharap pemerintah dapat merespon secara cepat perihal masalah yang menimpa PMI bernama Ismawati. Sebab masalah sudah cukup lama dilaporkan dan tidak mendapatkan kejelasan.
"Kalau kita liat laporan sejak 2013 sampai sekarang apa kerja BP2MI dalam perlindungan," katanya.
Ia juga mengaku sudah mendampingi keluarga saat melayangkan pengaduan. Tetapi pihak-pihak terkait diduga hanya memberikan harapan kepada keluarga.
"Kasian keluarga hanya dijanji-janji saja," katanya geram.
Sirojudin mempertanyakan slogan BP2MI yang berbunyi negara hadir. Namun saat ini kejadian yang menimpa Ismawati negara harus hadir dalam memberikan perlindungan.
"Jangan hanya menempatkan saja tapi tidak bisa melindungi, negara harus benar-benar bertanggung jawab jika PMI terlibat masalah," pungkasnya.
Kontributor: Toni Hermawan