Tradisi Mandi Lumpur di Bali Setelah Nyepi Bertujuan Menetralisir Sifat Buruk

Seperti tahun ini, umat Hindu juga melaksanakan tradisi mandi lumpur atau dikenal sebagai Mebuug-buugan.

Eviera Paramita Sandi
Minggu, 06 Maret 2022 | 09:00 WIB
Tradisi Mandi Lumpur di Bali Setelah Nyepi Bertujuan Menetralisir Sifat Buruk
Tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di hutan bakau Desa Kedonganan, Badung.

SuaraBali.id - Salah satu tradisi di Bali setelah hari suci Nyepi adalah mandi lumpur atau Tradisi Mebuug-buugan. Tradisi ini dilakukan turun temurun setelah Nyepi dengan tujuan khusus.

Seperti tahun ini, umat Hindu juga melaksanakan tradisi mandi lumpur atau dikenal sebagai Mebuug-buugan. Tradisi tersebut kali ini dilakukan di hutan bakau Desa Kedonganan, Badung, Bali, Jumat (4/3/2022).

Tradisi yang diadakan sehari setelah Hari Raya Nyepi tersebut bertujuan untuk menetralisir sifat buruk dan membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan.

Tradisi mandi lumpur tersebut diyakini sebagai simbol kekotoran atau hal-hal negatif yang harus dihilangkan setelah melaksanakan Hari Raya Nyepi.

Tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di hutan bakau Desa Kedonganan, Badung, Kamis (10/3).
Tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di hutan bakau Desa Kedonganan, Badung, Kamis (10/3).

Tradisi ini sarat dengan makna filosofis. Ritual ini bermakna untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan.

Mandi lumpur menjadi ritual unik membersihkan diri di Pulau Dewata. Mebuug-buugan sendiri berasal dari kata Buug yang artinya tanah atau lumpur. Lumpur dianggap sebagai perlambang hal-hal buruk dan kotor. (beritabali.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak