Konflik Tanah di Desa Adat Jro Kuta Pejeng Gianyar Berakhir Damai Dengan 8 Kesepakatan

Bupati Mahayastra pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya khususnya kepada warga Desa Adat Jero Kuta, Desa Pejeng

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 15:49 WIB
Konflik Tanah di Desa Adat Jro Kuta Pejeng Gianyar Berakhir Damai Dengan 8 Kesepakatan
Konflik Tanah di Desa Adat Jro Kuta Pejeng Gianyar Berakhir Damai

SuaraBali.id - Sempat menjadi permasalahan, konflik tanah di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali akhirnya berakhir damai.

Konflik antara Bendesa Adat Jro Kuta Desa Pejeng dengan krama terkait penyertifikatan tanah teba melalui program PTSL di wilayah desa itu akhirnya diakhiri dengan beberapa kesepakatan.

Dan kesepakatan tersebut disaksikan langsung oleh Bupati Gianyar Made Mahayastra di halaman belakang kantor Bupati Gianyar, Jumat (22/10/2021) seperti diwartakan beritabali.com - Jaringan Suara.

Selain itu, hadir juga Ketua DPRD Kabupaten Gianyar, Drs. I Wayan Tagel Winarta, Kapolres Gianyar, AKBP I Made Bayu Sutha Sartana, Dandim 1616/Gianyar Letkol Inf Hendra Cipta, Sekda Kabupaten Gianyar, Ir I Made Gede Wisnu Wijaya.

Bupati Mahayastra pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya khususnya kepada warga Desa Adat Jero Kuta, Desa Pejeng karena telah berkorban untuk Gianyar dan khususnya untuk Desa Pejeng.

"Hari ini adalah kemenangan kita semua. Hari yang sangat luar biasa. Semua di sini berkorban untuk Gianyar. Semua disini mengalah secara pikiran, material, waktu, tenaga, emosi. Semua hanya satu kata untuk Gianyar dan untuk Pejeng,” kata Mahayastra.

Mahayastra juga meyakini penyelesaian masalah ini dengan cara damai ini akan menjadi percontohan. Karena tak menutup kemungkinan, permasalahan serupa juga akan terjadi di desa-desa lain di Gianyar maupun luar Gianyar.

“Ciri orang besar adalah orang yang bisa memaafkan orang. Orang yang besar bisa mengoreksi dirinya dan itu sudah kita lakukan. Kita semua ini adalah orang besar,” kata Bupati Mahayastra disambut tepuk tangan warga.

Ada sejumlah poin yang dituangkan dalam kesepakatan perdamaian itu. Pertama; Kedua belah pihak sepakat untuk tanah sikut satak disertifikatkan atas nama Desa Adat Jero Kuta Pejeng.

Kedua; Kedua belah pihak sepakat untuk membatalkan sertifikat tanah teba yang menjadi obyek sengketa, sehingga status tanah tersebut kembali seperti semula tidak bersertifikat (dinolkan).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini