5 Perang Puputan Bersejarah Dan Kisah Heroik Rakyat Bali Mengusir Penjajah

Puputan sendiri adalah tradisi masyarakat di Bali yang merupakan tindakan perlawanan habis-habisan sampai mati

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 20 Oktober 2021 | 11:45 WIB
5 Perang Puputan Bersejarah Dan Kisah Heroik Rakyat Bali Mengusir Penjajah
Perang Puputan di Bali

SuaraBali.id - Dalam sejarah Bali, tercatat ada 5 kali perang puputan yang dilakukan rakyat Bali yang mana semuanya adalah usaha rakyat Bali melawan penjajah Belanda. Perang puputan di Bali pertama terjadi pada tahun 1846 dan yang terakhir pada tahun 1946.

Puputan sendiri adalah tradisi masyarakat di Bali yang merupakan tindakan perlawanan habis-habisan sampai mati demi kehormatan tanah air. Istilah ini berasal dari kata "puput" yang artinya "tanggal"/"putus"/"habis/"mati".

Puputan artinya perang sampai mati, dan wajib berlaku untuk seluruh warga yang ada dari semua kasta sebagai bentuk perlawanan, termasuk mengorbankan jiwa dan raga sampai titik darah penghabisan.

Tradisi puputan tidak hanya berlaku bagi pimpinan (dalam hal ini raja) dan prajurit angkatan perangnya saja, tetapi berlaku bagi seluruh rakyat yang berada di seluruh wilayah kerajaan bersangkutan. Bagi mereka yang sudah dinyatakan cukup umur, wajib ikut berperang.

Laki-laki atau wanita, semuanya akan bergabung untuk membela tanah kelahiran mereka dari ancaman pihak yang dianggap telah menginjak-injak harga diri dan kehormatan masyarakat.

Bagi masyarakat yang tidak mau terlibat dalam perang puputan diharapkan pergi sejauh mungkin dari wilayah bersangkutan, sebelum perang dimulai. Namun biasanya tidak banyak warga yang mau menempuh jalan ini, sebagian besar dari mereka akan membela tanah kelahirannya, meskipun mereka tahu pasti akan gugur di medan perang.

Setelah perang puputan selesai, daerah bersangkutan akan menjadi tanah tak bertuan.

Sebelum berangkat ke medan perang, setiap orang diharuskan melakukan persembahyangan di pura keluarga (Pura Pemerajan) untuk mohon diri (Mapamit), pergi ke alam keabadian. Mereka sangat menyadari peta kekuatan musuh tidak mungkin tertandingi.

Itulah sebabnya diumumkan perang puputan. Tetapi mereka adalah patriot yang tentu juga akan banyak membunuh musuh, karena semangat yang berani mati yang sudah tertanam dalam jiwa mereka.

Perang puputan dalam catatan sejarah hanya terjadi pada masa penjajahan Belanda. Sebelumnya, meskipun sering terdengar peperang diantara kerajaan-kerajaan yang ada, belum terdengar adanya perang puputan.

Ini disebabkan oleh etika peperangan masih dijunjung tinggi oleh para pihak yang bertikai. Selain itu persenjataan yang dipergunakan kedua belah pihak berimbang.

Biasanya setelah perang usai, pemimpin dan prajurit yang setia akan mengasingkan diri ke tempat yang agak jauh dari ibukota kerajaan. Rakyat yang kalah pun akan diperlakukan sama seperti rakyat yang memengkan perang dan mereka akan diadopsi sebagai warga kerajaan yang menang perang.

Berbeda dengan pada masa penjajahan Belanda, rakyat Bali harus berhadapan dengan tentara belanda yang telah dipersenjatai dengan senjata modern, seperti senapan, meriam bahkan tank-tank lapis baja.

Sementara prajurit kerajaan serta rakyatnya hanya dipersenjatai keris, tombak bahkan bambu runcing. Rakyat Bali tentu sangat menyadari akan kalah berperang melawan pasukan Belanda. Tetapi kondisi ini tidak membuat rakyat Bali takluk dan menyerah kepada Belanda. Berperang adalah pilihan satu-satunya dan gugur di medan perang adalah hasilnya yang pasti.

Sejarah mencatat terjadi lima kali perang puputan. Kesemuanya merupakan perlawanan heroik rakyat Bali terhadap penjajah Belanda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini