Prasasrti yang bertuliskan bahasa Bali Kuno kemudian disalin dalam bahasa Jawa Kuno sehingga pemakaian bahasa Jawa Kuno menjadi suatu kebiasaan di Bali.
Kondisi seperti ini mengakibatkan bahasa Bali Kuno (terutama ragam tulisnya) tidak terpakai lagi dan diganti dengan bahasa Jawa Kuno.
Akan tetapi, pemakaian bahasa Bali Kuno ragam tulis tetap hidup dan berkembang yang selanjutnya merupakan cikal bakal bahasa Bali Modern.
Bahasa Bali Tengahan (Kawi Bali) merupakan percampuran leksikal kata-kata bahasa Jawa (Tengahan) dengan bahasa Bali pada masa itu.
Pengaruh ini datang ketika Patih Gajah Mada dari Majapahit menguasai pulau Bali sekitar paro abad ke-13. Bahasa Bali Tengahan, umumnya di Bali digunakan dalam dunia sastra seperti pada kidung, tatwa, kalpa sastra, kanda, dan babad.
Sedangkan dalam seni pertunjukan, bahasa Bali Tengahan digunakan dalam seni pertunjukan topeng, arja, prémbon, wayang, dan sejenisnya.
Sedangkan untuk bahasa Bali Kapara (Modern, Baru) merupakan bahasa Bali yang masih hidup dan dipakai dalam komunikasi lisan dan juga tulisan bagi masyarakat Bali sampai saat ini. Istilah kapara dalam bahasa Bali berarti ketah, lumrah,dan biasa yang dalam bahasa Indonesia bermakna ‘umum’.
Bahasa Bali Kapara (modern) mengenal dua ejaan yaitu ejaan dengan huruf Bali dan huruf latin. Penyebutan bahasa Bali Modern ini karena bahasa Bali Kapara itu tetap berkembang pada zaman modern seperti sekarang ini.
Kontributor : Kiki Oktaliani