
Upacara ngaben dengan jenazah yang masih utuh biasanya upacara ini dilakukan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung setelah meninggalnya orang tersebut, adapun pelaksanaannya dilakukan dalam kurun waktu sebulan setelah orang tersebut meninggal. Dalam kurun waktu tersebut jenazah diletakkan di area balai adat, untuk mencegah pembusukkan dengan ramuan khusus. pada masa waktu tunggu tersebut jenazah diperlakukan selayaknya manusia hidup yang tengah tidur.

Ngaben yang dilakukan menurut lontar Yama Purwana Tattwa, Pelaksanaan Atiwa-tiwa pembakaran mayat ditetapkan dalam ketentuan dalam Yama Purwana Tattwa khususnya tentang upakara dan dilaksanakan di dalam kurun waktu tujuh hari tanpa pemilihan hari baik
Baca Juga:Daftar Upacara Adat Bali, Ngaben Hingga Ngerupuk

Ngaben yang menggunakan aksara atau huruf suci dengan simbol sawa. yaitu diadakan upacara ngulapin terhadap jenazah yang telah dikubur selama tiga hari sebelum dilakukan pembakaran mayat. Pejati dan Pengulapan di area dalam Jaba Pura Dalem dengan sarana bebanten untuk pejati. pada hari pengabenan jemek dan tulangnya disatukan dalam pemasmian.
4. Pranawa Bhuanakosa

Pranawa Bhuanakosa merupakan ajaran Dewa Brahma kepada Rsi Brghu, ngaben Bhuanakosa ini dilakukan kepada jenazah yang baru meninggal dan ditanam di setra.
5. Swasta
![Upacara Ngaben massal di Desa Blahbatuh, Gianyar, Bali, Rabu (24/9). Ritual akbar 3 tahun sekali itu melibatkan ribuan warga untuk menyaksikan kremasi bagi 91 jenazah/jasad sekaligus sebagai penghormatan terakhir. [Antara/Nyoman Budhiana]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/09/24/Ngaben-Massal4-e1411556154232.jpg)
Kata Swasta sendiri bermakna lenyap atau hilang, merupakan upacara ngaben tanpa melibatkan jenazah atau kerangka mayat. Hal ini dilaksanakan karena beberapa hal seperti meninggal di luar negeri atau jenazah yang tidak ditemukan.
Baca Juga:Penanganan Jenazah Covid-19, Tidak Ada Pelaksanaan Ngaben
Secara umum rangkaian pelaksanaan ritual upacara ngaben sebagai berikut: