"Komandan Polisi NICA Belanda, Pak Wagimin, awalnya ditemukan masih selamat. Namun tidak mau membocorkan informasi terkait para pejuang, akhirnya dieksekusi Belanda di lokasi perang itu," ungkap Gede Putu Abdiyasa.
Puputan Margarana yang berjalan sengit akhirnya berakhir dan menewaskan seluruh anggota pasukan Ciung Wanara pimpinan Gusti Ngurah Rai yang berjumlah 96 orang.
Sementara dari pihak Belanda, jumlah pasukan yang meninggal diperkirakan mencapai 400 orang.

Pasca pertempuran, seluruh anggota pasukan Ciung Wanara yang gugur awalnya dibiarkan di lokasi pertempuran. Pihak Belanda hanya mengambil jenazah pasukannya yang meninggal di medan tempur.
Baca Juga:Pesona BMW 320i Touring M Sport dan BMW 330i M Sport yang Hari Ini Meluncur di Indonesia
"Pejuang yang gugur ditinggalkan di sini (Persawahan Uma Kaang) oleh Belanda, hanya pasukan Belanda tewas yang diangkut. Belanda tidak berani mendekati lokasi pertempuran karena takut masih ada pejuang yang hidup," tukasnya.
Masyarakat Desa Kelaci dipakai sebagai perisai hidup untuk bisa masuk ke lokasi pertempuran.
Jasad I Gusti Ngurah Rai dibawa ke Rumah Sakit Wangaya Denpasar untuk dimandikan dan dibawa ke Puri Carang Sari, Badung. Sementara anggota pasukan Ciung Wanara lainnya yang gugur diambil dan dibawa pulang oleh pihak keluarga masing-masing.
"Jadi di lokasi Puputan Margarana tidak disebut Taman Makam Pahlawan, tapi Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana, karena semua jenazah pejuang dibawa pulang keluarga masing-masing, termasuk Pak Gusti Ngurah Rai," ujar Gede Putu Abdiyasa.
Mari tunduk sejenak, untuk mengenang jasa para pahlawan kita. Termasuk bagi Pasukan Ciung Wanara, I Gusti Ngurah Rai, dan seluruh komponen masyarakat yang membasahi Bumi Pertiwi dengan darah dan cinta mereka akan kemerdekaan Indonesia. Dirgahayu Republik Indonesia ke-76.
Baca Juga:Resmi Meluncur di Indonesia, Baterai All-New Nissan LEAF Garansi Delapan Tahun