5 Cerita Rakyat Bali untuk Dongeng Sebelum Tidur Anak-anak

Anak-anak perlu dikenalkan dengan cerita rakyat dan legenda Indonesia.

Pebriansyah Ariefana
Minggu, 06 Juni 2021 | 08:10 WIB
5 Cerita Rakyat Bali untuk Dongeng Sebelum Tidur Anak-anak
Cerita Rakyat Bali / dongeng sebelum tidur (Youtube Dongeng Kita)

SuaraBali.id - Kisah legenda Bali atau juga cerita rakyat Bali bisa diceritakan ke pada anak sebagai dongeng sebelum tidur. Anak-anak perlu dikenalkan dengan cerita rakyat dan legenda Indonesia.

Sebelum tidur, ibu atau ayah kita dahulu pasti sering membacakan dongeng ataupun cerita rakyat agar anak mendapatkan momen berharga atau mempererat ikatan antara anak dan ibu atau ayahnya.

Membacakan cerita sebelum tidur juga dapat merangsang imajinasi dan kreativitas Si kecil.

Berikut cerita rakyat Bali untuk dongeng sebelum tidur dikutip dari Dongeng Cerita Rakyat:

Baca Juga:Kabupaten Jembrana Bali Buka Seleksi Calon Sekda, Bupati Jamin Transparansi

1. Asal Muasal Buleleng dan Singaraja

Cerita Rakyat Bali / dongeng sebelum tidur (Youtube Dongeng Kita)
Cerita Rakyat Bali / dongeng sebelum tidur (Youtube Dongeng Kita)

Sri Bagening adalah penguasa Bali. Sang Raja memiliki banyak istri, salah satunya adalah Luh Pasek. Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji dan masih keturunan Kyai Pasek Gobleng. Suatu hari, Ni Luh Pasek mengandung. Oleh suaminya, ia dititipkan kepada Kyai Jelantik Bogol. Tak berapa lama anaknya lahir. Anak itu diberi nama I Gede Pasekan.

Seiring waktu, I Gede Pasekan tumbuh menjadi menjadi pemuda yang sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat. Suatu hari, ia disuruh untuk pergi ke suatu bukit. Ia dibekali dua senjata pusaka, yaitu Keris Ki Baru Semang dan Tombak Ki Tunjung Tutur. Suatu malam di tengah perjalanan, datang makhluk ajaib penghuni hutan. Makhluk ajaib itu mengangkat I Gede Pasekan ke atas pundaknya. I Gede Paseka pun dapat melihat pemandangan lautan dan daratan. Ketika memandang timur dan barat laut, I Gede Pasekan melihat pulau yang amat jauh. Ketika melihat selatan, pandangan I Gede Pasekan terhalang gunung.

“Apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu,” bisik makhluk gaib itu.

Paginya, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Meski penuh rintangan, akhirnya rombongan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji.

Baca Juga:Sebelum Nama Melejit, Karier Kadek Agung Hampir Tamat karena Kecelakaan

Suatu hari, ada perahu Bugis yang terdampar di Pantai Panimbangan. Perahu itu terjebak karang sehingga tidak bisa ke mana-mana. Pimpinan penumpangnya pun meminta tolong I Gede Pasekan untuk mengangkat perahu tersebut. Sebagai imbalannya, sebagian isi perahu akan diberikan kepada I Gede Pasekan.

Setelahnya I Gede Pasekan segera bersemadi. Dengan kekuatan gaibnya, ia mengangkat perahu tersebut. Para warga Bugis bergembira. Setengah dari isi perahu itu diberikan kepada I Gede Pasekan. Sejak itu, I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.

Seiring waktu, kekuasaan I Gede Pasekan meluas. Ia pun mendirikan kerajan baru di Den Bukit. Kerajaaan I Gede Pasekan semakin berkembang, hingga ke daerah yang banyak ditumbuhi pohon buleleng. Ia pun memindahkan pusat kerajaan ke wilayah itu. Kemudian, wilayah itu diberi nama Buleleng. Di Buleleng, I Gede Pasekan membangun istana megah. Istana itu diberi nama Singaraja, yang berarti raja yang perkasa seperti singa.

Kontributor : Kiki Oktaliani

2. Legenda Danau Batur

Alkisah ada sepasang suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum dikaruniai anak. Setiap hari, mereka berdoa agar dikaruniai anak. Akhirnya, doa mereka dikabulkan. Sang istri mengandung dan kemudian melahirkan seorang bayi lelaki. Namun sayang, setelah melahirkan, sang Ibu meninggal, tidak lama kemudian sang Ayah menyusul.

Bayi itu tumbuh sangat cepat, makannya juga banyak. Nafsu makannya setara dengan sepuluh orang dewasa. Ia diberi nama Kebo Iwa. Karena kedua orang tuanya sudah tiada, para penduduk bergantian memberi makan Kebo Iwa.

Setelah dewasa, Kebo Iwa menjadi pemarah. Penduduk desa takut dengannya. Walaupun begitu, ia juga bersedia membantu penduduk desa yang membutuhkan tenaganya. Namun lama-kelamaan, para penduduk desa kewalahan untuk menyediakan makan Kebo Iwa.

Karena itu, warga berkumpul untuk membahas Kebo Iwa. Hasilnya, warga desa berencana untuk membuat sebuah kolam persediaan air guna mengatasi kekeringan di desa tersebut. Jika rencana tersebut berhasil, tentu warga tidak akan kesusahan lagi mencari air untuk mengairi sawah mereka. Kemudian, salah seorang warga menemui Kebo Iwa. Orang itu lantas menjelaskan hasil diskusi warga.

“Asal diketahui sebenarnya air di dalam tanah wilayah kita itu melimpah. Oleh karena itu, kami meminta bantuanmu untuk membuatkan sumur yang sangat besar! Jika hasil panen bisa seperti dulu, tentu kami tidak kesulitan untuk memberimu makanan. Berapa pun juga jumlah makanan yang engkau butuhkan, kami pasti sanggup untuk memenuhinya.”

Ganti hari, Kebo Iwa memulai pekerjaannya. Kebo Iwa menggali tanah di tempat yang ditentukan Kepala Desa. Lokasi tanah tersebut dipenuhi batu kapur, sehingga sangat susah digali. Namun bagi Kebo Iwa, hal itu tidak masalah. Ia mendongkeli batu-batu kapur lalu dilemparkan pinggir lubang. Tanpa terasa, lubang yang dibuat sudah banyak, begitu pula batu kapur yang dilemparkan Kebo Iwa. Berhari-hari ia bekerja keras. Hingga akhirnya, air mulai memancar keluar.

Saat itu, para warga bersorak gembira. Kebo Iwa pun beristirahat di dalam sambil menyantap makanan yang dibawakan warga. Karena kekenyangan, ia ketiduran di kolam tersebut. Tanpa terasa, air yang memancar semakin banyak, membuat tanah di sekitar kolam licin. Sebentar kemudian, bebatuan di pinggir kolam luruh ke bawah. Kebo Iwa tidak bisa berbuat apa-apa.

Air terus keluar hingga membanjiri desa tempat tinggal Kebo Iwa. Hingga akhirnya tercipta sebuah danau. Danau itu disebut Danau Batur, sedangkan timbunan tanah yang di sekitar danau berubah menjadi gunung dan disebut Gunung Batur.

Kontributor : Kiki Oktaliani

3. Gede Gusti Pasekan

Dahulu kala hidup seorang raja dengan banyak istri di Kerajaan Klungkung bernama Sri Sagening. Istri terakhirnya Ni Luh Pasek sedang mengandung, tetapi ia malah menceraikan dan menikahkannya dengan Kyai Jelantik Bogol. Rasa kecewa dirasa sangat besar dalam diri Ni Luh Pasek. Akan tetapi, akhirnya ia bisa menerima kenyataan karena suami barunya sangat sayang dan mencintainya.

Tidak berapa lama, Ni Luh Pasek melahirkan bayi lelaki yang diberi nama I Gusti Gede Pasekan. I Gusti Gede Pasekan tumbuh menjadi anak sehat, kuat, cerdas, dan halus budi pekertinya. Ketika dewasa jiwa kepemimpinannya tampak kentara. Seluruh penduduk di kampungnya sangat menghormati dan mencintainya. Ayah tirinya pun sayang kepadanya seperti kepada anak kandung sendiri. Akan tetapi, ia dan ibunya harus meninggalkan kampungnya. Ayah tirinya mendapat petunjuk dalam mimpinya untuk memerintahkan I Gusti Gede Pasekan dan ibunya pergi ke Den Bukit di daerah Panji, sebuah desa tempat kelahiran ibunya.

I Gusti Gede Pasekan dan ibunya berangkat dikawal 40 pengawal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Kadosot. Juga diberi dua pusaka Kyai Jelantik Bogol, yaitu tombak Ki Tunjung Tutur dan keris Ki Baru Semang. Di tengah perjalanan, ada mahkluk gaib yang mendatangi I Gusti Gede Pasekan.

Mahkluk gaib tersebut mengabarkan kalau I Gusti Gede Pasekan akan menjadi penguasa di beberapa wilayah. Kejadian yang dialaminya seperti mimpi dan diceritakan kepada ibunya. Ibunya berfirasat kalau cerita anaknya akan menjadi kenyataan. Kemudian rombongan tiba di daerah Panji dengan selamat setelah menempuh berhari-hari perjalanan dan diputuskan menetap di sana.

Suatu hari ada perahu besar dari Bugis terdampar di pantai Panimbangan. Sudah beberapa orang berusaha membantu, tetapi tidak berhasil juga. Nahkoda kapal kemudian meminta bantuan I Gusti Gede Pasekan sesuai petunjuk kepala kampung. Ia menawarkan setengah isi kapalnya sebagai imbalan. I Gusti Gede Pasekan setuju dan mulai mengerahkan kekuatan dengan dua tombak ajaibnya, Ki Tunjung Tutur dan keris Ki Baru Semang. Dari kedua tombak keluar mahkluk gaib yang hanya dilihat olehnya sendiri. Kapal dapat kembali melaut atas bantuan makhluk gaib tersebut dan nahkoda memenuhi janjinya. I Gusti Gede Pasekan menjadi terkenal setelah kejadian tersebut. Kemudian orang-orang memberinya gelar I Gusti Panji Sakti.

Gusti Panji Sakti menjadi kaya raya dan sangat disegani di kampung Panji. Dengan bakat kepemimpinan, kecerdasan, dan kekayaan yang dimilikinya, ia kemudian mendirikan satu kerajaan baru di Den Bukit Panji. Orang-orang di Den Bukit serta merta mengabdi menjadi rakyat kerajaannya. Bahkan rakyat dari daerah luar pun berbondong-bondong menjadi rakyatnya.

Kewibawaan, kebijaksanaan, serta jiwa kepemimpinan yang dimiliki I Gusti Panji Sakti membawa keberkahan baginya dan seluruh rakyatnya. Satu per satu kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya bergabung dan menyatakan kesetiaannya untuk mengabdi pada I Gusti Panji Sakti. Wilayah kerajaan menjadi luas dan rakyat pun menjadi besar jumlahnya. Ibukota kerajaan yang diberi nama Sukasada menjadi daerah yang terlalu padat.

Setiap hari selalu saja menjadi tempat tujuan rakyatnya untuk berbagai kepentingan. Melihat itu, kemudian I Gusti Panji Sakti memindahkan ibukota kerajaan ke sebelah utara Sukasada. Pusat pemerintahan baru tersebut diberi nama Buleleng. Selanjutnya kerajaannya terkenal dengan nama Kerajaan Singaraja.

Kontributor : Kiki Oktaliani

4. Cerita Manik Angkeran dan Naga Besukih

Manik Angkeran adalah putra seorang Brahmana bernama Sidhi Mantra. Mereka tinggal di Kerajaan Doha, Bali. Waktu itu, Pulau Bali belum berpisah dengan Pulau Jawa Manik Angkeran adalah anak yang cerdas. Sayangnya, ia mudah dipengaruhi oleh teman-temannya.

Suatu hari, Manik Angkeran melihat orang-orang yang sedang berjudi dan menyabung ayam. Ia amat tertarik.

“Wah, tak perlu bekerja keras untuk bisa kaya. Cukup bermodalkan seekor ayam saja!” pikirnya. Ia lalu pulang dan memecahkan celengannya untuk membeli seekor ayam jago yang besar dan kuat.

“Ayam ini pasti akan menghasilkan banyak uang untukku,” katanya senang.

Keesokan harinya, Manik Angkeran mulai menyabung ayam. Ternyata benar, ayamnya selalu menang. Ia mendapatkan banyak uang. Manik Angkeran puas sekali. Esok ia akan kembali lagi menyabung ayamnya. “Jika begini terus, aku bisa cepat kaya,” pikirnya.

Ternyata tidak semudah itu. Pada hari kedua dan seterusnya, ayamnya mulai sering kalah. Apalagi banyak ayam-ayam baru yang muncul di arena sobung ayam. Mereka mengalahkan ayamnya dengan mudah. Dalam sekejap, uang Manik Angkeran pun ludes. Ia bahkan harus berutang untuk membayar kekalahannya. Namun itu tidak membuatnya jera. Ia terus berjudi dan menyabung ayam.

Lama-kelamaan, Manik Angkeran mencuri harta ayahnya untuk membayar utang-utangnya. Sidhimantra yang mengetahui hal itu berkata, “Anakku, berjudi tak akan bisa membuatmu kaya, justru akan membuatmu miskin. Berhentilah selagi belum terlambat.”

Namun Manik Angkeran tidak peduli. Lambat laun, harta ayahnya pun habis untuk membayar utang. Ia lalu merengek, “Ayah, tolonglah aku. Mereka akan membunuhku jika aku tak membayar utang.” Ayahnya mengheIa napas. Harta mereka sudah tak bersisa. “Apa yang harus kulakukan untuk menolong anakku?” pikirnya. Ia tak mau anak semata wayangnya itu mati sia-sia.

Sidhimantra berdoa memohon petunjuk pada Dewata. “Temuilah Naga Besukih di Gunung Agung. Mintalah sedikit hartanya untuk membayar utang-utang anakmu,” tiba-tiba terdengar bisikan gaib. Sidhimantra pun bergegas menuju Gunung Agung untuk bertemu dengan Naga Besukih.

Sesampainya di Gunung Agung, Sidhimantra membunyikan genta seperti petunjuk dalam mimpinya. Naga Besukih yang mendengarnya pun keluar. “Siapa kau? Apa maksud kedatanganmu?” tanya Naga Besukih.

“Aku Sidhimantra. Maksud kedatanganku adalah untuk meminta bantuanmu membayar utang-utang anakku, Manik Angkeran. Hartaku sudah ia habiskan. Anakku akan dibunuh jika tidak melunasi utang-utangnya,” jawab Sidhimantra. Setelah berpikir sejenak, Naga Besukih menyanggupi permintaan Sidhimantra. Ia masuk ke dalam guanya dan keluar dengan membawa sejumlah emas dan batu permata. Sidhimantra mengucapkan terima kasih dan berpamitan pulang.

Sidhi Mantra menyerahkan semua harta itu pada anaknya. “Pergilah dan lunasi semua utangmu. Kini kau bisa memulai hidup baru,” kata Sidhimantra. Namun Manik Angkeran menggunakan harta itu untuk kembali berjudi. Ia terus berjudi sampai harta itu terkuras habis. Ia kembali berutang untuk membayar kekalahannya dan kembali dikejar-kejar orang.

“Maaf Ayah, uang yang Ayah berikan padaku sudah habis. Kini aku berutang lagi, bahkan dalam jumlah yang Iebih besar,” rengek Manik Angkeran lagi pada ayahnya.

“Aku tak bisa menolongmu lagi. Aku sudah berusaha menolongmu, tapi kau malah melukai perasaanku,” kata Sidhi Mantra menahan marah.

Manik Angkeran bingung. Ia tak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Saat melamun, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah genta kecil. “Genta? Untuk apa genta ini? Apakah genta ini laku kujual?” tanyanya dalam hati.

Manik Angkeran membawa genta itu ke pasar. Di sana ia bertemu temannya dan menunjukkan genta itu padanya. “Manik, aku dengar genta ini adalah genta ajaib. Genta ini digunakan untuk memanggil Naga Besukih yang tinggal di Gunung Agung. Barangkali ayahmu telah menemui Naga Besukih untuk meminta harta?” tanya temannya.

“Hmm… benar juga. Pasti ayah mendapat harta itu dari Naga Besukih,” kata Manik Angkeran. Manik Angkeran tak mau mensia-siakan kesempatan. Ia segera mendaki Gunung Agung dan membunyikan genta ajaib itu.

Naga Besukih menemui Manik Angkeran. “Maaf Naga Besukih. Namaku Manik Angkeran, putra dari Sidhimantra. Bisakah aku meminta sedikit hartamu lagi untuk melunasi utangku?” tanya Man ik Angkeran.

“Banyak sekali utangmu? Tapi baiklah, untuk terakhir kalinya, aku akan memberimu sedikit harta. Setelah ini, kau tak boleh kesini lagi untuk meminta harta,” jawab Naga Besukih.

Naga Besukih mengambil hartanya di dalam gua. Tanpa ia sadari, Manik Angkeran mengikutinya. Betapa takjubnya Manik Angkeran, dalam gua itu terdapat setumpuk emas dan permata! Melihat semua itu, timbul niat jahatnya. Ia ingin membunuh Naga Besukih dan menguasai hartanya. Ia menghunus pedang dan menyabetkannya ke tubuh Naga Besukih. Naga Besukih terluka, la tak menyangka kalau Manik Angkeran akan membunuhnya. Naga Besukih sangat marah dan menyemburkan api dari mulutnya. Manik Angkeran ketakutan. Ia berusaha melarikan diri. Namun Naga Besukih dengan mudah menangkapnya. Manik Angkeran pun terbakar api yang keluar dari mulut Naga Besukih. Tubuhnya menjadi abu.

Sementara itu, Sidhimantra yang kehilangan gentanya, menyusul ke Gunung Agung. Ia yakin Manik Angkeran yang mencurinya. Sesampainya di Gunung Agung, Sidhimantra melihat tubuh anaknya yang telah menjadi abu. Dilihatnya Naga Besukih menggeliat-geliatkan tubuhnya dan mulutnya terus menyemburkan api.

“Apa yang terjadi pada anakku?” ratap Sidhimantra. Naga Besukih menceritakan semuanya pada Sidhimantra.

“Wahai Naga Besukih yang baik, sudikah kau menghidupkan putraku lagi? Berilah ia kesempatan untuk memperbaiki dirinya,” mohon Sidhimantra. Naga Besukih berpikir sebentar, lalu menjawab “Baiklah. Aku akan menghidupkan putramu lagi. Namun, ia tak boleh pulang denganmu. la harus tinggal di sini dan menjadi muridku. Aku akan mendidiknya agar menjadi orang yang baik dan berilmu.”

“Apa pun yang kau lakukan, asal itu membuat anakku menjadi orang yang balk, maka lakukan,” jawab Sidhimantra.

Dengan kesaktiannya, Naga Besukih menghidupkan kembali Manik Angkeran. “Ampuni aku Ayah, ampuni aku Naga Besukih. Aku berjanji tidak akan mengulangi lagi semua kelakuan burukku,” kata Manik Angkeran.

“Kami mengampunimu, anakku. Tapi kau tak bisa pulang bersama Ayah. Kau harus memulai hidup baru di sini bersama Naga Besukih yang akan mendidikmu,” jawab Sidhimantra.

Kemudian Sidhimantra mengeluarkan tongkat dan membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Tiba-tiba, dari garis itu keluar air yang makin lama makin deras. Gunung Agung pun terpisah dari sekitarnya. Genangan air itulah yang kemudian dikenal dengan Selat Bali yang memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa.

Kontributor : Kiki Oktaliani

5. Gugurnya Putro Terbaik Bali (Kebo Iwa)

Seorang bayi lelaki yang montok telah lahir. “Oekkk… ooekkk…,” si bayi terus menangis. “Mungkin ia lapar,” kata ibunya. Namun meskipun telah disusui, bayi itu masih terus menangis. Tangannya menggapai-gapai ke arah nasi di meja.

“Dari tadi ia menunjuk nasi itu, Bu. Coba kau berikan sedikit padanya,” kata suaminya. Tak dinyana, si bayi melahap nasi itu dengan cepat dan menghabiskan sepiring nasi!

Bayi itu tumbuh menjadi pemuda yang berbadan besar dan bertenaga kuat. Orang memanggilnya Kebo Iwa, yang artinya Paman Kerbau. Ia dinamai seperti itu karena ia makan seperti kerbau. Ia selalu makan dan makan. Lama kelamaan, kedua orangtuanya yang semakin tua tak sanggup lagi memberinya makan.

Itulah sebabnya mereka menemui kepala desa untuk memohon bantuan. Sejak itu, penduduk desa bahu membahu memberi makan Kebo Iwa. Sebagai balas budi, Kebo Iwa menjaga keamanan desanya.

Dengan badannya yang besar, ia tidak kesulitan mengalahkan siapa saja yang hendak mengganggu desanya. Para warga sayang padanya. Meskipun badannya besar, hatinya baik dan suka menolong.

Suatu hari, Raja Bedahulu mengundang Kebo Iwa ke istana. Beliau hendak mengangkatnya menjadi patih. Kebo Iwa sangat tersanjung, “Hamba akan mengabdikan hidup untuk menjaga kerajaan. Selama hamba masih bernapas, Pulau Bali ini tak akan pernah dikuasai oleh siapa pun,” katanya mantap. Sejak saat itu, Kerajaan Majapahit yang selalu menyerang Bali tak bisa lagi mengganggu.

Sedangkan di Pulau Jawa, patih Kerajaan Majapahit yang bernama Gajah Mada memang bertekad untuk menyatukan Nusantara. Ia bahkan bersumpah untuk tidak menikmati kenikmatan duniawi jika tekadnya itu belum tercapai. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.

Patih Gajah Mada mulai bingung. Semua serangannya ke Bali gagal. Ia berusaha keras mencari cara untuk menguasai pulau Bali. Akhirnya ia mendatangi Raja Bedahulu. “Kami dari Kerajaan Majapahit tak akan lagi menyerang pulau Bali. Kami ingin bersahabat saja dengan rakyat Bali.” katanya. Raja Bedahulu dan Patih Kebo Iwa percaya pada ucapan Patih Gajah Mada. Setelah mereka mengadakan perdamaian, Patih Gajah Mada pun diundang pada jamuan makan siang.

“Baginda Raja, hamba ingin mengundang Patih Kebo Iwa ke Majapahit. Tentu Raja mengizinkan, bukan?” tanya Patih Gajah Mada.

Raja Bedahulu dan Kebo Iwa berembuk, tak ada salahnya membalas kunjungan Patih Gajah Mada. Mereka setuju, Kebo Iwa akan berkunjung ke Majapahit.

Setibanya di Majapahit, Kebo Iwa disambut dengan meriah. “Inilah orang yang mengalahkan pasukan kita,” bisik rakyat Majapahit. “Selamat datang Patih Kebo Iwa. Kami amat tersanjung atas kehadiranmu,” sambut Patih Gajah Mada. Kebo Iwa lalu dijamu makan siang. Seperti biasa, Kebo Iwo makan banyak sekali. “Patih Kebo Iwa, sepertinya hubungan kita sudah lebih baik, bukankah begitu?” tanya Patih Gajah Mada.

“Ya, memang lebih baik hidup damai daripada terus berperang”. “Jika begitu, maukah kau membantu kami?” tanya Patih Gajah Mada lagi. “Apa itu?” tanya Kebo Iwa.

“Saat ini kerajaan kami sedang kekurangan air. Maukah kau menggali sumur raksasa untuk kami? Dengan tenagamu yang kuat, tentu mudah sekali menggalinya, bukan?”

Kebo Iwa dengan senang hati mengangguk, “Aku akan membantu kalian.”

Keesokan haringa, Kebo Iwa mulai bekerja. Agak aneh, banyak pasukan Majapahit mengelilinginya. Mereka seolah siap menunggu perintah. Kebo Iwa tak curiga, ia terus menggali sumur. Dalam waktu singkat, ia sudah menggali sangat dalam. Tiba-tiba terdengar teriakan Patih Gajah Mada “Laksanakan!! Timbun ia dengan batu!” Bagai gempa bumi, batu-batu berhamburan ke dalam lubang sumur itu. Kebo Iwa syok. Ia tak mengangka kalau ini adalah jebakan Patih Gajah Mada.

Dengan segenap tenaga, Kebo iwa melempar balik batu-batu itu ke atas. Batu-batu itu mengenai para prajurit Majapahit. Kebo Iwa melesat keluar. “Rupanya kau menjebakku? Ketahuilah, aku telah bersumpah, selama aku masih hidup, Bali tak akan bisa ditaklukkan oleh siapa pun!” teriaknya marah.

Kebo Iwa terlibat pertarungan sengit melawan Patih Gajah Mada. “Mengerahlah Patih Kebo Iwa. Niat kami hanga ingin mempersatukan Nusantara!” teriak Patih Gajah Mada. Kebo Iwa tak peduli. Ia terus menyerang dan menyerang. Ketika keduanya mulai lelah, Patih Gajah Mada berkata “Sia-sia saja kita melanjutkan pertempuran ini. Suka atau tidak, suatu saat Bali akan kami kuasai. Niat kami mulia, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali.” Kebo Iwa mulai bimbang. Melihat Patih Gajah Mada yang gigih, ia yakin memang suatu saat Bali akan kalah.

Setelah diam beberapa saat, Kebo Iwa berkata, “Aku tahu tujuanmu, tapi aku tak mungkin menyerah. Aku tak mau mengkhianati negara dan rajaku. Aku telah bersumpah, untuk menjaga Bali seumur hidupku.”

“Jika begitu, aku harus membunuhmu,” kata Patih Gajah Mada.

“Kau tak mungkin membunuhku. Aku memiliki kesaktian yang amat sangat. Kecuali satu hal, jika kau bisa menghancurkan gunung kapur dan mengoleskannya ke kepalaku, maka kesaktianku akan hilang,” jawab Kebo Iwa. Patih Gajah Mada terkejut, “Mengapa ia membuka rahasianya sendiri?” tanyanya dalam hati. Patih Gajah Mada segera melesat menuju ke gunung kapur. Ia menghancurkan gunung kapur dan membawa segenggam serbuk kapur. Sekali lagi mereka terlibat pertempuran yang sengit. Patih Gajah Mada berusaha mengoleskan serbuk kapur itu ke kepala Kebo Iwa.

Akhirnya Patih Gajah Mada berhasil. Kebo Iwa langsung lemas, seolah tak bertenaga lagi. “Kau menang Patih. Bunuhlah aku, supaya kau bisa menguasai Bali,” kata Kebo Iwa.

Patih Gajah Mada ragu, ia tak mungkin membunuh orang yang sudah tak berdaya. Tapi Kebo Iwo terus mendesak, “Ingat cita-citamu. Kematianku akan membawa kebaikan bagi kita semua.” Dengan terpaksa, Patih Gajah Mada menancapkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwo. Ia kagum akan jiwa kesatria Kebo Iwo yang rela berkorban demi tujuan yang mulia. Akhirnya, Kebo Iwo menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum meninggal, ia sempat berucap, “Semoga dengan kematianku Nusantara dapat bersatu. Tidak ada lagi peperangan dan perpecahan.” Patih Gajah Mada menjawab, “Aku berjanji akan mewujudkan persatuan Nusantara. Yakinlah, kematianmu tidak akan sia-sia.”

Akhirnya Bali kehilangan putra terbaiknya. Kerajaan Majapahit menaklukkan Bali dengan mudah. Namun, sesuai janji Patih Gajah Mada pada Kebo Iwa, niatnya memang murni untuk menyatukan Nusantara, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali.

Kontributor : Kiki Oktaliani

Berita Terkait

Jesse Lingard buka peluang berkarier di Indonesia suatu saat nanti.

bola | 06:57 WIB

Buku panduan wisata do's and don'ts di Bali telah resmi disebarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Bali dan jajaran Imigrasi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali pada Kamis (8/6/2023).

denpasar | 06:12 WIB

ule ini sempat viral akibat videonya tersebar di media sosial dan menuai banyak hujatan.

bali | 20:49 WIB

Momen pertama kalinya bagi Desta dan Natasha Rizki liburan keluarga yang dihantui bayang-bayang perceraian.

sumedang | 19:35 WIB

Dari sana Gagnon langsung diboyong menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai.

bali | 18:17 WIB

Lifestyle

Terkini

ule ini sempat viral akibat videonya tersebar di media sosial dan menuai banyak hujatan.

News | 20:49 WIB

Selain mengganggu ketertiban umum, bule Inggris ini juga sudah melampaui kedaluwarsa izin tinggal di Indonesia.

News | 18:39 WIB

Dari sana Gagnon langsung diboyong menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai.

News | 18:17 WIB

Informasi yang didapatkan kawanan copet tersebut beraksi dengan modus menjadi pengantar Jemaah.

News | 16:19 WIB

Hal ini karena ada bau busuk yang ditimbulkannya hingga menganggu warga setempat.

News | 16:10 WIB

Karena selama beroperasi, belum diketahui motif pelaku yang menyasar anak-anak.

News | 15:08 WIB

Tiga mantan anggota polisi tersebut berinisial IB, IGK, dan LS yang berdomisili di Kota Mataram.

News | 19:22 WIB

Tim dokter psikiater RSUP Prof. Ngoerah menetapkan CAP mengalami gangguan jiwa

News | 14:28 WIB

Karena tempat tinggalnya hanya tersisa satu ruangan akibat hantaman ombak.

News | 14:17 WIB

Adapun kecepatan angin di perairan tersebut mencapai 10 hingga 20 knot atau hingga 37 kilometer per jam, bergerak dari arah timur-tenggara.

News | 16:41 WIB

ZAM yang saat itu baru bekerja selama tiga minggu di spa tersebut mendapat bagian untuk melayani korban.

News | 15:54 WIB

Alhasil, Stephane membayarkan total uang sejumlah Rp1 miliar pada Bulan Februari 2023 lalu.

News | 13:00 WIB

Dalam aksi penjarahan itu, para pelaku menyekap satpam, merusak pintu dan menggasak barang di dalam kafe eskrim tersebut.

News | 15:55 WIB

Ada kisah haru yang diceritakan Juhwariyah ketika ditemui saat pelepasan jamaah calon haji Bali di Denpasar

News | 15:42 WIB

Ia pun bercerita bahwa mulanya, ayah dan ibunya mendaftar haji tahun 2012 dimana saat itu ia baru menginjak usia 8 tahun.

News | 15:36 WIB
Tampilkan lebih banyak