Geger! Bule Kanada Gelar 'Kelas Orgasme' di Bali

Untuk setiap peserta kelas orgasme dikenai biaya 20 Euro saja

Bangun Santoso
Minggu, 09 Mei 2021 | 06:59 WIB
Geger! Bule Kanada Gelar 'Kelas Orgasme' di Bali
Geger Bule Buka 'Kelas Orgasme' di Bali. (Instagram/@denpasar.viral)

SuaraBali.id - Bali kembali digegerkan dengan kemunculan 'kelas orgasme'. Kali ini, seorang warga asing atau bule asal Kanada menjadi sorotan karena disebut mengadakan kelas orgasme.

Dilansir dari Beritabali.com, peserta yang berminat akan dikenai biaya sebesar 20 Euro. Acara ini langsung menuai pro dan kontra dari warga setempat.

Kelas orgasme di Bali ini sendiri bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, bule asal Amerika Serikat bernama Andrew Barnes pernah mengadakan acara serupa.

Ia diketahui merupakan seorang guru Tantra. Tantra sendiri merupakan filosofi timur kuno atau filosofi tertua yang menggabungkan tubuh, pikiran, dan jiwa serta mengintegrasikan spiritualitas dalam kehidupan duniawi.

Baca Juga:Bule Buka 'Kelas Orgasme', Restoran Ini Dilempari Ribuan Kecoak

Terkait fenomena bule atau warga asing membuka "kelas orgasme" di Bali, seksolog asal Denpasar, dokter Oka Negara mengatakan, edukasi tentang orgasme atau seksologi, sebaiknya dilakukan dengan kaidah ilmu pengetahuan dan norma-norma yang benar.

"Itu artinya, edukasi diberikan oleh orang yang paham, menguasai permasalahan, dan kompeten. Bisa seorang pengajar dengan pendidikan yang cukup, atau bersertifikat yang diakui organisasi yang legal. Tentu saja juga dengan cara atau metode pengajaran yang tidak melanggar nilai-nilai dan norma sosial dan masyarakat," ujarnya, Sabtu (8/5/2021).

Apakah edukasi seksual mempelajari orgasme dapat diajarkan?

"Tentu saja boleh. Mempelajari seksualitas manusia, itu sudah dilakukan sejak lama dalam konteks mempelajari ilmu seksologi. Ilmu seksologi malah menarik minat banyak orang dan ahli untuk terus menggali hal-hal baru untuk dijadikan sebuah pengetahuan baru. Ilmu seksologi sejak jaman pra-modern hingga hai ini selalu berkembang. Misalnya mencari tahu penyebab masalah seksual dan kemudian menemukan solusi penanganannya, terus berkembang," jelasnya.

Kata Oka, mempelajari seksologi termasuk orgasme tentu diperbolehkan. Apalagi orgasme adalah hak seksual setiap manusia untuk mendapatkannya dalam siklus respon seksualnya secara lengkap, demi mendapatkan kepuasan seksual dalam berhubungan seksual.

Baca Juga:Dua Hari Penyekatan Mudik, 32.815 Kendaraan Diputarbalik

"Bagaimana dengan kelas orgasme yang menjadi perhatian kemudian adalah apakah kelas edukasi tentang orgasme itu dilakukan oleh pengajar yang telah memiliki kompetensi dan memiliki kemampuan yang baik dan benar untuk mengajarkan pelatihan seksual? Teknisnya juga apakah sudah menggunakan standar etika dan nilai yang jauh dari kemungkinan terjadi kontak fisik yang berpotensi pelecehan seksual, seperti yang dikhawatirkan sempat terjadi di beberapa kelas serupa pernah terjadi," paparnya.

"Jika semua kaidah ilmiah, profesi, etik, dan norma sosial hingga norma kesusilaan bisa dipenuhi dengan baik dan bertanggung jawab, kelas edukasi seksual bisa dilakukan, malah perlu didukung demi edukasi seksual yang perlu disosialisasikan ke masyarakat, terutama yang membutuhkan. Tetapi jika kaidah ini tidak diindahkan, pengajarnya bukan orang yang berkompetensi dan berkemampuan secara keilmuan di bidang kesehatan seksual, tidak memiliki pendidikan yang benar dan hanya berdasar pengalaman belaka, tidak memiliki afiliasi ke institusi yang resmi dan legal, serta mungkin metode pengajarannya meragukan, serba rahasia, malah berpotensi terjadi pelecehan seksual, sebaiknya memang tidak perlu diikuti, malah sebaiknya dilarang," imbuh Oka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak