Capres 2024, Refly Harun: Anies Ngeri-ngeri Sedap, Ridwan Kamil Lemah

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga tak punya pendukung fanatis dibandingkan Anies.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 22 Maret 2021 | 16:20 WIB
Capres 2024, Refly Harun: Anies Ngeri-ngeri Sedap, Ridwan Kamil Lemah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi makan jerapah koleksi Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (12/4/2020). [Instagram]

SuaraBali.id - Indikator Politik Indonesia menyatakan Anies Baswedan calon presiden 2024 terkuat yang dipilih anak muda. Refly Harun ikut berkomentar.

Refly pun menanggapi Anies Baswedan yang berada di urutan pertama dalam bursa calon presiden di Pilpres 2024 mendatang versi survei tersebut. Hal itu dinyatakan dalam video berjudul 'Anies Masa Depan, Prabowo Masa Lalu' di Channel YouTube Refly Harun, ia menilai Anies 'ngeri-ngeri' sedap.

"Anies Baswedan ini ngeri-ngeri sedap ya," ujar Refly Harun, Senin (22/3/2021).

"Kenapa? Karena bagi kelompok arus kiri, dia adalah the common enemy, musuh bersama yang barangkali di antara calon-calon yang saya sebutkan enam itu, inilah calon yang paling dimusuhi sebagai orang yang dianggap akan menggerakkan arus kanan dalam politik Indonesia," jelas Refly.

Baca Juga:Gubernur Anies Baswedan Mau Buka Sebagian Sekolah, PAN DKI: Jangan Khawatir

Berbeda dengan calon yang masuk dalam bursa tersebut, Refly berpendapat tidak ada yang dicurigai akan menggerakkan arus kanan dalam politik Indonesia.

Di sisi lain, calon seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa melejit karena faktor SBY yang di mana mempunyai sejarah dengan PDIP. Lalu Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga tak punya pendukung fanatis dibandingkan Anies.

"Ridwan Kamil, menurut saya tidak cukup menendang kalau Ridwan Kamil maju tanpa pendukung yang kuat. Karena dibandingkan Anies Baswedan justru Ridwan Kamil lemah dari sisi fanatisme pendukung-pendukungnya. Saya tidak bicara soal Jawa Barat saja, tapi saya bicara tentang sebuah spektrum luas dalam politik Indonesia, antara kanan dan kiri, tengah, atau nasionalisme dengan islamisme," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak