Kisah Tanaman Porang Jadi Harapan Hidup Petani Jembrana Bali

Tanaman ini bisa juga disebut Kulo-kulo atau Iles-iles

Pebriansyah Ariefana
Minggu, 21 Februari 2021 | 11:31 WIB
Kisah Tanaman Porang Jadi Harapan Hidup Petani Jembrana Bali
Tanaman porang (beritabali)

SuaraBali.id - Tanaman porang menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir di Dusun Badingkayu, Desa Pengeragoan, Pekutatan, Jembrana. Tanaman ini bisa juga disebut Kulo-kulo atau Iles-iles

Seperti salah satunya petani penekun pertanian porang yakni Wayan Mario Utama (33).

Warga Badingkayu meyakini prospek komoditas porang dalam jangka waktu 5 tahun ke depan masih memiliki potensi pasar yang besar.

Sebelumnya ia adalah konsultan di Dinas Pekerjaan Umum (PU) berstatus tenaga kontrak.

Baca Juga:Vaksinasi Covid-19 bagi Warga Lanjut Usia

Setelah meninggalkan pekerjaan itu, kini ia lebih mendalami porang.

Ia menuturkan, setidaknya saat ini di lahan seluas 1 hektar miliknya bisa dijumpai sekitar 10 ribu tanaman porang. Bukan saja satu lahan, di lain tempat seluas 30 are juga ia tanami porang.

Saat ditemui, ia menjelaskan peningkatan jumlah warga petani menanam porang dirasakannya mulai menggeliat sejak 4 tahun yang lalu di desanya. Diakuinya, hampir di tiap lahan pasti ada porang dengan usia yang bervariasi.

"Kebanyakan kita disini menanamnya dengan pola tumpang sari, agar tanaman yang masih produktif bisa dimanfaatkan sekaligus menerapkan pola tanam supaya mendapat perlindungan dari pohon sekitarnya," ujar Mario yang jebolan jurusan akutansi ini.

Seiring porang menjadi pembicaraan hangat di sektor pertanian, tampaknya apa yang digelutinya sejak 2018 masih berlanjut hingga sekarang.

Baca Juga:Cewek Bule Tak Bermasker Ngomel ke Polisi di Jalan, Publik: Otw Deportasi

Ia merasakan operasional lahan yang dibutuhkan adalah atensi serius saat tahap pemupukan.

"Perawatan sendiri sangat simpel dilakukan, hanya saja saat pemupukan perlu langkah yang tepat, apalagi pupuk organik, kita harus fermentasi dulu pupuknya," terangnya pada Jumat (19/2/2021) dikutip dari beritajembrana.com.

Disinggung hasil yang selama ini diperolehnya dari lahan seluas ini, ia pun sempat merasakan penjualan umbi sebanyak 5 kwintal yang disalurkannya ke pabrik maupun didatangi pengepul dari Jawa dengan harga per kilogram Rp8.000 - Rp12.000.

Penjualan ini sekaligus bisa meringankan beban pemeliharaan lahannya.

Tanaman porang punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Berdasarkan catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.

Tanaman porang mengandung lebih dari 80% karbohidrat. Selain itu, porang juga memiliki kandungan konjac glucomannan atau yang lebih dikenal dengan sebutan glukomanan.

Kandungan ini berbentuk tepung sehingga dapat diolah menjadi beragam bahan pengganti, mulai untuk kesehatan hingga urusan rumah tangga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini