- MMP memperkuat ESG untuk bersaing global di tengah tekanan harga nikel akibat oversupply.
- MMP fokus pada efisiensi energi, daur ulang panas limbah 50%, dan tidak pakai PLTU batu bara.
- Kepemilikan domestik & ESG buka pasar non-China (Korsel, Jepang, Eropa) untuk nikel MMP.
SuaraBali.id - PT Mitra Murni Perkasa (MMP) mengambil langkah strategis dengan memperkuat aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai senjata utama untuk bersaing di pasar global.
Strategi ini diambil di tengah kondisi pasar nikel yang sedang mengalami tekanan harga signifikan akibat oversupply yang didorong oleh peningkatan produksi global, khususnya di Indonesia.
Head of Business Development MMP, Amando Kaligis, mengakui bahwa pasar nikel saat ini berada dalam siklus menurun (down cycle). Harga nikel telah mengalami koreksi tajam.
"Kalau dari penurunan harga nikel, kalau kita bandingkan di 2023, itu mungkin secara kasarnya sekitar 20% ya, saat ini memang jatuh ke 15 ribu [USD per ton nikel], yang kalau misalkan kita hitung mungkin penurunannya sekitar 25%," ujar Amando di Jimbaran, Jumat (26/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa penurunan harga saat ini adalah hal yang cukup normal dalam bisnis komoditas, terutama karena terjadi oversupply dan adanya chemistry baterai baru, LFP, yang tidak menggunakan nikel, sehingga menahan kenaikan permintaan dari sektor kendaraan listrik (EV).
Mengedepankan Nilai ESG untuk Bersaing
Di tengah situasi tersebut, MMP yang fokus memproses bijih nikel menjadi nickel matte tidak memilih bersaing secara langsung (head-to-head) dengan produsen nikel besar.
Sebaliknya, perusahaan berfokus pada diferensiasi melalui penerapan ESG, sebuah nilai yang kian disorot oleh konsumen dan investor global.
Salah satu inisiatif kunci adalah pemanfaatan energi secara efisien dan berkelanjutan. Kaligis mengungkapkan teknologi yang mereka terapkan.
Baca Juga: Lokasi yang Dulu Angker Jadi Tempat Persembuyian Para Rampok Kini Tambang Dolar di Bali
"Salah satu contohnya kita menerapkan untuk mengutilisasi penggunaan ulang yang namanya waste heat atau panas limbah itu sampai dengan 50% dalam artian otomatis penggunaan listriknya pun, bisa berkurang mungkin sampai dengan 25%," jelasnya.
Selain itu, MMP berkomitmen pada energi bersih dengan tidak membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Perusahaan mengandalkan pasokan listrik PLN dan menjamin penggunaan energi terbarukan melalui pembelian Renewable Energy Certificate (REC).
Peluang Pasar Non-China
Strategi ESG dan status kepemilikan saham 100% domestik (milik Indonesia) membuka peluang MMP untuk mendiversifikasi pasar ekspor secara luas, sebuah keuntungan yang tidak dimiliki oleh banyak pemain nikel di Indonesia.
"Kita untungnya karena 100% sahamnya dimiliki oleh Indonesia, oleh karena itu kita memang targetnya lebih luas," tegas Amando.
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran