Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 24 April 2024 | 18:12 WIB
Umat Hindu bersama-sama membuat sajen (Ngayah) di Pura Aditya Jaya, Jakarta, Senin (4/3). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

SuaraBali.id - Masyarakat Bali sudah tak asing lagi dengan istilah ‘Ngayah’. Tradisi ini sudah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Bali.

Dalam Bahasa Bali, ‘Ngayah’ ini dapat diartikan bekerja tanpa pamrih. Maknanya di sini adalah bekerja dengan melayani setulus hati atau bisa dikatakan dengan Ikhlas

Tradisi Ngayah ini dilakukan dengan sukarela oleh masyarakat untuk membantu menyelesaikan pekerjaan bersama yang nentunya bermanfaat untuk bersama.

Kegiatan Ngayah ini dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti di Pura, Banjar (Desa Adat), atau tempat-tempat umum lainnya.

Baca Juga: Lucu, Kucing ini Tidur Nyenyak di Pelinggih, Warganet : Seperti di Hotel

Sementara itu, jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dalam ngayah ini bermacam-macam, seperti membersihkan pura, menata taman, hingga membantu persiapan upacara adat.

Melansir dari laman Budaya Indonesia, Ngayah merupakan kewajiban sosial masyarakat Bali sebagai penerapan ajaran karma marga yang dilakukan secara gotong-royong dengan hati tulus Ikhlas.

Menurut latar belakang sosiologis dan historis menunjukkan bahwa budaya ngayah itu semula berasal dari kata ayah, ayahan, pengayah, ngayahang.

Eksitensi tanah ayahan desa membawa konsekuensi logis bagi pengayah untuk melakukan kewajiban sosio-religiuskultural, yakni ngayahang.

Bagi masyarakat Bali, tradisi Ngayah ini tidak boleh hilang dalam kehidupan bermasyarakat di Bali, sehingga harus tetap dilestarikan.

Baca Juga: Delegasi WWF di Bali Akan Disediakan Konter Khusus di Bandara Ngurah Rai

Pasalnya, tradisi ini secara tidak langsung dapat memupuk rasa persaudaraan dan membangun kebersamaan melalui kegiatan yang dilakukan dengan bergotong royong tanpa mengharapkan imbalan.

Kontributor : Kanita

Load More