SuaraBali.id - Hari Raya Kuningan diperingati setiap 6 bulan sekali dan sebanyak 2 kali dalam setahun, tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Tahun ini Hari Raya Kuningan diperingati pada 9 Maret 2024 dan 5 Oktober 2024. Lantas apa itu Hari Raya Kuningan?
Melansir dari laman Disperkimta Buleleng, Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan ini merupakan perayaan untuk memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi yang muncul sebagai Sang Hyang Parama Wisesa.
Sang Hyang Parama Wisesa dianggap sebagai roh suci dan pahlawan dharma yang berjasa dalam membentuk akhlak manusia menjadi luhur.
Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, kliwon wuku Kuningan. Di hari ini, umat Hindu melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir batin.
Menurut kepercayaan umat Hindu, di hari ini diyakini para Dewa, Bhatara diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai Tengah hari.
Sehingga pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai Tengah hari saja.
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu melakukan persembahyangan menghadap para dewa dan para leluhur.
Persembahyangan ini dilakukan dengan menyiapkan sesajen. Umat Hindu memberikan sesajen sebagai bentuk persembahan kepada para dewa.
Baca Juga: Reaksi Warga Jepang Saat Lihat Penjor Galungan di Negaranya
Sesajen tersebut dianggap sebagai lambang komunikasi dengan para dewa. Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yaitu tebog, canang meraka, pasucian, canang burat wangi.
Di palinggih yang lebih kecil yaitu nasi selangi, canang meraka, pasucian dan canang burat wangi. Di kamar suci (tempat membuat sesajen) menghaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk, dan daging bebek.
Di palinggih semua bangunan (pelangkiran) diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem.
Setiap rumah tangga membuat dapetan, berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek atau ayam.
Beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi .
Kemudian Tamyang sebagai simbol penolak marabahaya dan kolem sebagai simbol tempat peristirahatan Hyang Widhi, para Dewa serta leluhur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Jadi Binaan BRI, La Suntu Tastio Mendapatkan Berbagai Pelatihan Usaha
-
Lewat BRImo, BRI Permudah Akses Reksa Dana Mulai Rp10 Ribu
-
Miliaran Rupiah Hilang! Ini Strategi Gubernur NTB Lawan Pemborosan Kendaraan Dinas
-
Resmi Dilarang! Kapolri Turun Tangan, Kembang Api Akhir Tahun di Bali Batal Total
-
5 Air Terjun Paling Eksotis di Bali Wajib Dikunjungi Wisatawan