Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 14 Februari 2025 | 16:56 WIB
Puluhan sopir angkutan siswa (angsis) yang biasa mengantar siswa SMP di Gianyar melakukan aksi protes. [Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Gara-gara pemotongan upah harian, puluhan sopir angkutan siswa (angsis) yang biasa mengantar siswa SMP di Gianyar melakukan aksi protes.

Hal ini karena sebelumnya para sopir ini menerima upah sebesar Rp 320 ribu per hari untuk dua kali angkutan pagi dan sore. Akan tetapi ada ketentuan baru yang kini membuat mereka hanya menerima upah menjadi Rp 280 ribu.

Para sopir ini pun mendatangi kantor Dinas Perhubungan Gianyar. Mereka menyampaikan keluhan mereka dikawal oleh kepolisian pada Kamis (13/2/2025).

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Gianyar, Made Arianta, menjelaskan bpemotongan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk merancang sistem pengupahan yang lebih seimbang.

Baca Juga: Empat Sekuriti Jadi Korban Bule Ngamuk di Parkiran Finns Beach Club

Sebab, ada sopir yang mendapatkan Rp150 ribuan dan hanya kebagian angkut pagi saja.

Arianta menjabarkan bahwa tahun 2024, ada yang menerima antara Rp 140 ribu hingga Rp 170 ribu hanya untuk sesi pagi saja. Sementara yang mendapat angkutan pagi dan sore bisa mendapatkan hingga Rp 300 ribu.

"Pada 2025, kami rancang agar kesenjangan antara upah tidak terlalu besar," jelasnya sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.

Perumusan angkutan siswa kini dihitung per sesi dengan menggunakan BOK (Beban Operasional Kendaraan) yang dihitung dua kali.

Dalam perhitungan baru tersebut, instrumen gaji termasuk biaya investasi kendaraan, pajak Samsat, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, serta biaya servis sparepart.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem di Bali, Belasan Penerbangan Terdampak, Batal Mendarat Hingga Dialihkan

Sopir awalnya mendapatkan dua kali angkutan dengan upah yang lebih besar, namun kini sistem tersebut diselaraskan dengan upah yang lebih standar. Untuk sesi pagi, sopir akan menerima 100 persen dari BOK, sementara sesi pagi dan sore akan mendapatkan 148 persen.

"Sekarang, meskipun ada pemotongan, sopir tetap bisa mendapatkan upah yang sebanding dengan beban biaya yang mereka tanggung," lanjut Arianta.

Arianta menjelaskan bahwa Dinas Perhubungan sedang melakukan intensifikasi layanan. Pada 2024, dari 300 kuota armada, hanya 270 yang mendaftar.

Jumlah angkutan pedesaan sudah maksimal, namun ada banyak trayek baru yang muncul, seperti trayek baru di Payangan dan Bukian yang bisa diakses menggunakan satu armada untuk dua rute.

"Kami berharap program ini bisa menciptakan pemerataan penghasilan di antara sopir angkutan siswa dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat," jelas Arianta.

Pada 2025, terdapat 181 trayek yang melayani 27 sekolah negeri, dengan kebutuhan armada sebanyak 369 unit.

Saat ini, sudah terisi 311 armada. Meski sebagian besar armada mengalami kenaikan pendapatan, terdapat 113 armada yang mengalami penurunan pendapatan, meskipun penurunannya tidak terlalu signifikan. Pemerataan pendapatan menjadi salah satu tujuan utama dalam kebijakan baru ini.

Load More