Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 22 November 2023 | 16:51 WIB
Upacara Tawur Butha Slurik [Istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Upacara adat di Pulau Bali rasanya sudah tak dapat terhitung lagi jumlahnya, lantaran sangat banyak dan bervariasi.

Bahkan, hampir di setiap daerah bisa dikatakan memiliki tradisi atau kepercayaan masing-masing. Setiap upacara yang dilakukan ini selalu mengandung makna di dalamnya.

Seperti Upacara Tawur Nawa Gempang Butha Slurik. Pernah mendengar sebelumnya?

Upacara ini dipercaya untuk menyucikan dan menetralisir roh gentayangan korban perang era zaman kerajaan.

Baca Juga: Tujuan Upacara Megedong-gedongan Untuk Ibu Hamil di Bali

Iya, Upacara Tawur Nawa Gempang Butha Slurik ini bertujuan untuk menetralisir Bhutacuil (roh gentayangan) yang menjadi korban tewas dalam peperangan pada masa Kerajaan I Dewa Anom, selaku pemimpin di daerah Beng.

Itulah mengapa, Upacara Tawur Nawa Gempang Butha Slurik ini dilaksanakan di Pasraman Taman Prakerthi Bhuana (TPB) Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar.

Biasanya Upacara ini digelar pada Purnama kesanga, Soma Umanis Medangkungan, yang di tahun ini jatuh pada tanggal 6 Maret 2023.

Tawur ini digelar dengan maksud mensucikan sahe malebur sarwa letuh ring Buana Alit lan Buana Agung yang diakibatkan adanya korban peperangan dan belum diupacarai dari zaman dulu.

Pada Tahun 1450-an, di daerah Beng yang kala itu wilayah tersebut bernama Alas Bengkel, berkuasa I Dewa Anom dan memiliki istri bernama Gusti Ayu Pahang.

Baca Juga: Proyek Jalan Tol Mengwi Gilimanuk Kembali Diundur, Menteri PUPR Jelaskan Alasannya

Semakin hari semakin banyak penduduk yang datang dan menetap di wilayah Alas Bengkel. Hal ini yang membuat wilayah Alas Bengkel semakin terkenal dan ramai.

Alhasil Raja Buleleng Gusti Panji Sakti dari Kerajaan Buleleng mendengar soal wilayah Alas Bengkel tersebut. Ia kemudian ingin menguasai wilayah itu.

Gusti Panji Sakti ini mengerahkan seluruh pasukannya untuk menyerang Desa Alas Bengkel. Tak tinggal diam, I Dewa Anom juga melakukan perlawanan.

Pertempuran sengit pun terjadi, pasukan Gusti Panji Sakti dapat dikalahkan oleh pasukan I Dewa Anom dengan senjata pasukan yang terkenal dengan nama Pering Gading.

Proses terjadinya pertempuran ini mengakibatkan banyak korban berjatuhan dan tidak sempat diurus (diupacarai).

Hal inilah yang membuat roh-roh mereka menjadi pengganggu (Buta Cuil) dan gentayangan di sekitar tempat peperangan.

Kontributor: Kanita Auliyana Lestari

Load More