SuaraBali.id - Kehadiran seorang bayi di dunia memang menjadi sebuah anugrah. Mereka adalah sebuah titipan yang luar biasa dan harus dijaga pula dengan baik.
Tak hanya saat sudah terlahir saja, sejak dalam kandungan bayi juga wajib mendapat perlindungan dari keluarga (orangtua) melewati doa.
Iya, kepercayaan seperti itu memang benar adanya. Di setiap daerah memiliki kepercayaan mengirim doa baik untuk si jabang bayi sejak dalam kandungan.
Salah satunya seperti di Bali, di sini mengenal akan adanya tradisi Megedong-gedongan. Upacara adat ini adalah Upacara pertama yang ditujukan kepada bayi dalam kandungan sang ibu ketika berusia 5 bulan Bali (7 bulan dalam kalender masehi).
Upacara Megedong-gedongan dilakukan bertujuan untuk menyucikan bayi dalam kandungan. Masyarakat Hindu Bali percaya jika melakukan upacara ini, maka bayinya akan selamat dan tidak mudah gugur.
Megedong-gedongan dipercaya dapat menguatkan sang jabang bayi dan ibunya hingga tiba waktunya persalinan nanti. Upacara ini juga sebagai doa agar persalinan dapat berjalan lancar.
Lantas mengapa saat usia menginjak 7 bulan? Pasalnya bayi di usia 7 bulan tersebur dianggap sudah memiliki wujud yang lebih sempurna (seperti manusia).
Dalam Upacara ini sang bayi diharapkan setelah lahir memiliki budi yang luhur, menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan negara, serta diberikan keselamatan hidup.
Upacara Megedong-gedongan ini diawali dengan sang ibu hamil yang akan dimandikan (siraman) dan dilanjutkan dengan mabyakala dan payascita.
Baca Juga: Proyek Jalan Tol Mengwi Gilimanuk Kembali Diundur, Menteri PUPR Jelaskan Alasannya
Kemudian sang ibu membawa wadah rempah-rempah di atas kepalanya, sementara tangan kanannya menjinjing daun talas yang diisi dengan air dan ikan hidup.
Upacara Megedong-gedongan ini juga melibatkan sang suami, ia menggenggam benang ditangan kirinya dan tangan kanannya memegang bambu runcing.
Sang suami akan menggeser benang dan menusukkan bambu runcing ke daun talas yang dibawa istri sampai air dan ikannya tumpah.
Proses tersebut akan ditutup dengan persembahyangan, memohon keselamatan kepada Tuhan dan dilakukan penglukatan.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Tag
Berita Terkait
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Aktris Hailee Steinfeld Nantikan Anak Pertama usai Tujuh Bulan Menikah
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu