SuaraBali.id - Kepercayaan akan Kembar Buncing atau ‘orang manak salah’ memang sudah hampir tidak ada di Pulau Bali.
Namun bukan berarti semuanya sudah sirna begitu saja. Pasalnya ada beberapa desa yang masih percaya akan tradisi tersebut dan terus melestarikannya.
Melansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Desa Pedawa, Buleleng merupakan salah satu desa di Bali yang masih melakukan Tradisi Melasti Manak Salah.
Masyarakat di desa ini biasanya melakukan Tradisi Melasti Manak Salah di Sungai. Mengapa mereka memilih Sungai? Iya, karena sungai adalah sumber air terdekat di desa tersebut.
Upacara ini diawali di Pura Desa dengan melakukan segala persiapan upacara.
Di pura tersebut masyarakat memutari setana sebanyak 3 kali. Hal ini sebagai wujud penghormatan 3 dewa utama di agama Hindu yaitu trimurti meliputi Brahma Wisnu Siwa.
Sebelum ke lokasi utama ritual, para remaja laki-laki di Pura Desa melakukan Tarian Taruna. Setelah itu masyarakat menuju ke sungai dengan membawa Tempat Perlingga ‘pertima’.
Tempat Perlingga ‘Pertima’ ini adalah simbol wujud singgasana Bhatara yang berstana di Pura Desa. Upacara ini dilakukan di sungai sebagai bentuk tahap pembersihan diri secara simbolis.
Bayi dibersihkan dengan air sungai sebagai wujud perbersihan dari segala malapetaka atau penyucian diri sambil menyiapkan sesajen ‘Banten Peras’.
Baca Juga: Kelahiran Kembar Buncing di Bali, Bisa Jadi Anugerah Hingga Musibah
Untuk diketahui, di zaman Kerajaan atau Bali Klasik hiduplah seorang Raja bernama Marsula Marsuli. Raja ini memiliki anak kembar buncing.
Kemudian pada saat itu juga ada masyarakat Bali yang melahirkan anak kembar buncing. Jika dalam sebuah desa ada pasangan suami istri memiliki atau melahirkan anak kembar buncing, mereka akan disalahkan oleh Raja.
Pasalnya menurut Raja, pasangan suami istri itu menyamai Raja sehingga desa atau tempat bayi dilahirkan itu dianggap kotor atau cuntaka.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Berita Terkait
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
-
Tanggapi Kekalahan Borneo FC dari Bali United, Bojan Hodak: Saya Kepikiran Persija
-
Strategi Jitu Johnny Jansen yang Sukses Hentikan 11 Kemenangan Beruntun Borneo FC
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran