SuaraBali.id - Tradisi yang ada di Pulau Bali memang sangat kental dan masih terus dilestarikan sampai saat ini. Berbagai macam upacara adat sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Bali sehari-hari.
Seperti salah satu contohnya Upacara Sapuh Leger. Apa itu Sapuh Leger?
Upacara Sapuh Leger ini wajib hukumnya dilakukan oleh anak-anak yang lahir pada wuku wayang mulai dari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.
Upacara ini dilaksanakan saat Hari suci Tumpek Wayang. Tumpek berasal dari kata “Tum” artinya kesucian dan “Pek” yang berarti terakhir.
Baca Juga: Aksi Janggal Pria di Jimbaran Dicurigai Hendak Pukul Anjing Terekam CCTV
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tumpek berarti hari suci yang berada di akhir dalam artian posisi Tumpek Wayang di kalender Bali berada di akhir pancawara dan saptawara.
Tumpek Wayang ini salah satu hari yang disakralkan oleh umat Hindu setelah hari Kajeng Kliwon. Hal ini dikuatkan oleh adanya lontar Kala Tattwa yang menyebutkan jika seorang anak lahir tepat pada wuku Wayang, khususnya hari Sabtu, Wuku Wayang, maka akan menjadi santapan bhuta kala.
Dalam Kalender Bali, Hari Suci Tumpek Wayang jatuh pada Saniscara Kliwon, Wuku Wayang yang datang setiap 210 hari sekali.
Secara mitologis, Wuku Wayang dianggap sebagai salah satu wuku yang tercemar atau kotor, lantaran pada waktu itu bertepatan dengan lahirnya seorang raksasa bernama Dewa Kala sebagai akibat pertemuan (sex relation) yang tidak wajar antara Batara Siwa dan istrinya Dewi Uma.
Mereka melakukan tidak pada tempatnya yang disebut kama salah. Sehingga dari karakteristik hari-hari tersebut, masyarakat Bali percaya bahwa setiap anak yang lahir pada Wuku Wayang harus mendapatkan penyucian yang khusus dengan Upacara Sapuh Leger serta menggelar wayang.
Baca Juga: Viral, Pengunjung Hotel di Bali Ngamuk Soal Aturan Dan Denda Tamu
Oleh sebab itu, setiap Tumpek Wayang digelar upacara Sapuh Leger ini diikuti oleh anak-anak yang lahir bertepatan pada wuku Wayang.
Sementara itu wayang yang digelar bertepatan dengan Hari Tumpek Wayang ini lantaran wayang adalah manifestasinya Dewa Iswara.
Dalam personifikasinya, Dewa Iswara bertugas untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan kehidupan di dunia.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Berita Terkait
-
Ronaldo Tiba di Bali, Bertemu Timnas Indonesia
-
Bojan Hodak Lega, Laga Lawan Bali United di BRI Liga 1 Ditunda PT LIB
-
Usai Terpidana Mati Mary Jane, 5 Napi Anggota 'Bali Nine' Dipertimbangkan untuk Dipindahkan ke Australia
-
Konsep Pidana di Indonesia Berubah Jadi Alasan 5 Anggota Bali Nine Akan Dipulangkan
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Rencana Koster Setelah Mengunci Kemenangan di Pilgub Bali 2024 Nanti
-
Wilayah NTB Diperkirakan Hujan Sepekan Ke Depan, Udara Akan Sedikit Lebih Sejuk
-
Ada Potensi Pertumbuhan Awan Hujan Meningkat di Bali, BMKG Minta Waspadai Cuaca Ekstrem
-
7 Petugas TPS di Bali Tumbang, Asam Lambung, Keguguran Hingga 1 Orang Meninggal Dunia
-
Potret Luna Bijl, Kekasih Maarten Paes yang Juga Model Selingkaran Gigi Hadid