SuaraBali.id - Tradisi pengantin mandi di Bali dilakukan pasangan di Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Gianyar, Bali. Mereka melakukan mandi di Sungai yang mana hal tersebut adalah tradisi yang hampir punah.
Acara mandi di sungai ini berlangsung usai natab atau upacara.
Pemangku Pura Dalem Sukaluwih, Ketut Suandika, 54, menjelaskan tradisi mandi di sungai ini diwarisi secara turun temurun berdasarkan kuna dresta.
"Mandi ke Tukad (sungai) bagi mempelai itu wajib sebenarnya. Nunas pengelukatan Ida Bhatari Gangga untuk menyucikan mempelai secara lahir batin, dengan harapan mendapat momongan anak suputra," jelas dia sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suarabali.id.
Perkembangan zaman membuat pasangan pengantin kini hanya ke kamar mandi dan nunas Tirta dari rumah saja.
"Pergeseran karena Hindu di Bali sifatnya fleksibel," jelas dia.
Adapun acara mandi di sungai ini, bukan makna yang sesungguhnya.
Hanya membasuh kaki, wajah dan tangan. Tujuannya mulia, untuk membersihkan diri lahir dan batin.
Pernikahan Bali Dan Pawiwahan
Umat Hindu Bali juga mengenal pernikahan dengan Pawiwahan.
Berdasarkan jurnal Upacara Pawiwahan Dalam Agama Hindu karya Luh Sukma Ningsih, upacara pawiwahan ini termasuk ke dalam upacara manusia yadnya.
Sesungguhnya pawiwahan adalah ikatan suci dan komitmen sepanjang hidup menjadi suami dan istri, serta merupakan ikatan sosial yang paling kuat yang ada antara laki-laki dan perempuan.
Wiwaha ini memiliki kedudukan penting dan dipandang mulia dalam kehidupan umat Hindu.
Dalam hal ini, sepasang laki-laki dan perempuan saling mengikatkan diri secara lahir dan batin.
Mereka akan menjadi pasangan suami istri untuk membangun rumah tangga, serta melaksanakan tanggung jawab bersama-sama di dalamnya.
Pawisahan di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada seluruh masyarakat bahwa dua orang anak manusia yang telah bersama dan menjadi suami dan istri.
Upacara pawiwahan biasa dibarengi dengan upacara pembersihan terhadap sukla swanita (bibit) dari kedua mempelai, dengan tujuan agar bibit mereka terbebas dari pengaruh buruk dan gangguan Bhuta Kala.
Sehingga ketika terjadi pembuahan, maka manik (anak) yang terbentuk merupakan anak yang bersih, baik, dan suci, dan akan tumbuh menjadi pribadi yang berguna di masyarakat nantinya.
Berita Terkait
-
Kualitas Internet di Bali Meningkat, IONnetwork Dukung Digitalisasi di Berbagai Sektor
-
Perkelahian Viral di Depan Finns Beach Club, 12 Sekuriti Jadi Tersangka
-
Tiba di Bali, Cristiano Ronaldo: Love It, Terima Kasih Pak Presiden
-
Bali United Berbagi Poin dengan Malut United
-
Heboh! Sepasang Pengantin Menangis Saat Diberi Hadiah Umrah Gratis
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Pemprov NTT Minta Masyarakat Pulang Karena Kedatangan Ronaldo Tidak Jelas
-
Umat Muslim di Bali Dibolehkan Sholat Tarawih di Masjid Saat Hari Nyepi Tanpa Pengeras Suara
-
Belasan Balita di Lombok Timur Meninggal Karena Pneumonia Dan TBC
-
Kisah Bambu Tresno yang Makin Dikenal Usai Ikuti BRI UMKM Expo (RT) 2025
-
Harapan Untuk Pariwisata, Akan Ada Diskon Tiket Pesawat Saat Lebaran 2025