Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 16 Oktober 2023 | 11:38 WIB
Ribuan jamaah mendengarkan ceramah khatib pada saat shalat sunnah Istisqa' Senin 16 Oktober 2023 [Suara.com/Buniamin]

SuaraBali.id - Krisis air bersih yang melanda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin memprihatinkan seiring berkepanjangan musim kemarau.

Hingga bulan Oktober, hujan belum kunjung turun, dan warga merasakan dampaknya secara merata. Kondisi ini juga berdampak pada cuaca yang ekstrem, menimbulkan kekhawatiran akan krisis pangan.

Dalam upaya mendapatkan hujan segera, Pemerintah Provinsi NTB bersama ribuan siswa dan warga menggelar shalat sunnah istisqa’.

Salah satu jamaah, Iin, menyatakan kekhawatirannya terhadap kekeringan dan krisis pangan yang dapat terjadi jika hujan tidak segera turun.

Baca Juga: Situ Hambaro di Bekasi Alami Kekeringan Ini Penampakannya

"Mudah-mudahan nanti hujan ya. Soalnya kalau tidak kan kekeringan, krisis pangan. Harapan saya begitu saja," ujarnya saat melaksanakan shalat istisqa’ di halaman kantor Gubernur NTB pada Senin (16/10).

Musim kemarau yang berkepanjangan juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Selain menyebabkan cuaca ekstrem yang menyebabkan sakit kepala, pasokan air bersih juga mulai berkurang.

Jamaah lain, Usman, berharap doa-doa yang dipanjatkan pada shalat istisqa’ dapat dikabulkan.

"Ini kan cuacanya sangat panas. Jadi saya memohon agar bisa segera turun hujan," katanya.

Kota Mataram, menurut Usman, belum merasakan dampak musim kemarau seberat beberapa lokasi lain di NTB. Persediaan air bersih masih mencukupi.

Baca Juga: Antisipasi Kekeringan di Sektor Pertanian, DPKP DIY Siapkan Sejumlah Langkah Ini

"Melalui ribuan jamaah yang ikut shalat sunnah ini, doa-doa bisa terkabul dan hujan segera turun," harapnya.

Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Fathurrahman, menjelaskan bahwa shalat istisqa’ diikuti oleh jamaah dari kalangan pegawai lingkup Pemprov NTB, siswa, dan guru tingkat SMA/SMK di Kota Mataram.

Dia berharap shalat ini dapat dilaksanakan hingga tingkat desa, melibatkan Pemda kabupaten atau kota, serta seluruh masyarakat.

Fathurrahman menuturkan bahwa melalui shalat istisqa’, para jamaah bermohon kepada Allah SWT untuk terhindar dari seluruh bencana, khususnya krisis kebersihan yang dirasakan sejumlah kabupaten dan kota di NTB.

"Bermohon Mudah-mudahan Allah SWT menghindarkan kita dari seluruh bencana termasuk bencana kekeringan," ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, hingga 16 Oktober, enam kabupaten dan kota telah menetapkan siaga darurat kekeringan, sementara tiga daerah lainnya telah menetapkan status tanggap darurat.

Dampaknya terasa di 73 kecamatan dengan 345 desa, melibatkan 164.700 kepala keluarga dan 578.839 jiwa yang terdampak. Pemerintah terus berupaya menanggulangi krisis ini untuk melindungi masyarakat NTB.

Kontributor: Buniamin

Load More