Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 22 Agustus 2023 | 15:18 WIB
Warga antre untuk mendapatkan air bersih di Dusun Kedisan, Desa Yehembang Kauh, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, Minggu (23/10/2022). (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/tom)

SuaraBali.id - Warga Bali diminta agar bijak dalam menggunakan air bersih guna menghadapi kemungkinan terjadi kekeringan pada puncak musim kemarau.

Imbauan ini dinyatakan oleh Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar.

Ia menyampaikan perlunya waspada terhadap kemungkinan terjadi kekeringan di wilayah Bali Utara dan Timur.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya mengatakan saat ini  hujan sudah 102 hari tidak turun di wilayah Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali Timur, serta wilayah Kabupaten Buleleng di Bali Utara.

Di wilayah Kubu, statusnya “awas”, sedangkan seluruh wilayah Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Kintamani di Kabupaten Bangli berstatus "waspada" kekeringan.

BMKG mengajak masyarakat menjaga lingkungan dan menghemat penggunaan air bersih.

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, pada 2021 konsumsi air bersih di sembilan kabupaten dan kota di Pulau Dewata mencapai 98,4 juta meter kubik dan 79,3 juta meter kubik di antaranya untuk keperluan rumah tangga.

Data Status Daya Dukung Air Pulau Bali yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara tahun 2021 menunjukkan, sumber air di Bali meliputi air permukaan (sungai dan danau) serta air tanah.

Di Bali, ada 570 mata air dengan total debit air 442,39 juta meter kubik per tahun. Sementara itu, tampungan air danau dan waduk di Bali mencapai 1,036 juta meter kubik.

Selain itu, Bali memiliki potensi air tanah hingga 8.000 juta meter kubik. (ANTARA)

Load More