Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 06 November 2022 | 17:05 WIB
Masyarakat Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur saat memainkan musik tradisional selober di kantor desa, Minggu (6/11/2022) [Suara.com/Toni Hermawan]

SuaraBali.id - Alat musik tradisional selober di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur (Lotim). Alat musik sederhana hanya terbuat dari pelepah daun nira.
Menghasilkan lima nada dan nada khas bersuara ber. Cara bermainnya menggunakan mulut dan dan dipetik.

Alat musik ini satu-satunya berada di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan dimiliki masyarakat Desa Pengadangan. Konon musik ini, masih kental dengan cerita-cerita asmara.

Ketua Group Kesenian selober Pejenangan Sakti, Gubuk Jero, Desa Pengadangan, M Ali Patranom menceritakan, konon zaman dahalu musik selober ini digunakan seorang pria bujang untuk berkomunikasi. Dengan perempuan sebelum menikah atau dalam bahasa sasak dikenal dedare.

Jika ingin bertamu di rumahnya dedare atau masyarakat sasak menyebutnya dengan midang.

Baca Juga: Angklung dan Tarian Papua Jadi Pemukau pada Penutupan Konferensi Ekonomi Kreatif di Mozambik

"Selober kita kenal ada dua, selober yang dimiliki oleh laki dan perempuan," katanya saat ditemui, Minggu (6/11/2022).

Ia melanjutkan, alat musik yang kecil saat midang selober ini dibawa di kantong dan sesampai di depan rumahnya dedare, pria akan memainkan selober.

Jika ada balasan musik selober dari dalam rumah, artinya dedare sudah mempersilakan pria bujang tersebut untuk bertamu.

"Jika terjadi saling sahut-menyahut artinya siap untuk menerima bertamu, insyaAllah siap menerima cintanya juga, ini sebagai kode," tambahnya.

Masyarakat Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur saat memainkan musik tradisional selober di kantor desa, Minggu (6/11/2022) [Suara.com/Toni Hermawan]

Zaman modern selober digunakan pada acara pertunjukan

Baca Juga: Pameran Nasional Alat Musik Nusantara di Aceh Dikunjungi Ribuan Orang

Ali mengakui selober digunakan pada saat pesta pernikahan ataupun pertunjukkan saat diundang oleh pemerintah. Saat ini para pemain musik selober menginjak generasi kelima yang beranggotakan 18 orang. Pemainnya terbilang cukup tua, yakni usia 50 tahun dan usia termuda 38 tahun.

"Kami sudah generasi kelima dan pemainnya tua," katanya.

Hingga saat ini, selober terus dilestarikan tetapi masih minim dari kalangan muda yang ingin belajar. Untuk itu, selober terus digaungkan dan membina anak-anak muda untuk belajar di sanggar.

"Generasi yang mau belajar masih minim," keluhnya.

Untuk mengikuti perkembangan zaman, guna menambah nada yang indah selober juga diiringi, penyanyi, tambahan alat musik mulai gambus, gendang, seruling dan akan direncankan penambahan alat musik dengan biola.

"Kalau tidak salah nadanya hanya lima makanya kami gak bisa nyanyikan lagu nasional hanya lagu daerah. Tetapi kami tambahkan alat musik supaya makin sahdu didenger," katanya.

Alat musik selober satu-satu musik tradisional di Desa Pengadangan

Ketua Lembaga Adat Desa Pengadangan, Asipudin mengaku tengah membuah hak paten. Jika musik ini dimiliki Desa Pengadangan. Namun masih terkendala hingga pembuatan hak paten belum dapat terwujud.

"Kita buatkan hak paten," katanya.

Guna melestarikan dan menjaga warisan nenek moyang. Generasi muda diberikan pemahaman dan latihan musik selober.

"Kami berikan pembinaan dan ini milik kita untuk itu berkewajiban menjaga," tutupnya.

Kontributor: Toni Hermawan

Load More