22 November 2015, tepat 200 tahun Gejer Bali terjadi. Peringatan ini berusaha mengingatkan kembali potensi bencana yang dapat terjadi dari patahan belakang busur kepulauan.
Kejadian ini diterjemahkan ulang dengan perspektif ilmu kebumian modern. Tujuannya agar siapa saja yang hidup kini memahami keseimbangan alam, ada bencana ada pula kertha masa.
AAN Ngurah Sentanu, memaparkan kondisi sosial yang terjadi tahun 1815 dimana bencana datang silih berganti.
“Pada awal tahun, Gunung Tambora meletus. Letusannya hingga ke Bali dan karena debu vulkaniknya menutupi seluruh bumi maka ilkim menjadi berubah. Di Bali hujan terus menerus, danau meluap. Selanjutnya disusul oleh longsoran dan gempabumi di akhir tahun. Bencana datang terus menerus. Namun pada tahun 1830an Bali menjadi subur, pertanian meningkat. Tetua kami menceritakan berkarung-karung beras datang dari Tabanan dengan diangkut Kuda untuk selanjutnya diekspor ke panegara lainnya”.
Sedangkan I Made Kris Adi Astra memaparkan kompleksnya tatanan geologi yang mengapit Bali dan Nusa Tenggara.
Dari selatan ada penunjaman lempeng tektonik Indo-Australia di bawah lempengan Eurasia. Gesekan lempeng ini menghasilkan gempa bumi. Di utara Bali terdapat Patahan belakang busur kepulauan.
“Patahan belakang busur kepulauan memanjang dari Laut Bali, Utara Lombok, Flores hingga ke laut Banda. Gempa bumi yang dihasilkan ada pada kedalaman dangkal, sehingga apabila dengan magnitudo besar akan merusak. Beberapa contoh gempa bumi yang dihasilkan adalah gempa bumi pada 22 November 1815. Tepat di usianya yang ke 200 tahun ini adalah momentum yang tepat sebagai pengeling-eling atau pengingat dan penyadaran kembali bahwa kita hidup di daerah dengan potensi bencana yang tinggi” jelasnya.
Selanjutnya, Gede Kresna dari Rumah Intaran memaparkan strategi adaptasi bencana yang diwariskan oleh leluhur orang Bali sendiri melalui bangunan tradisional.
Arsitek yang juga penggiat kehidupan tradisional ini menuturkan bahwa “kita diwarisi kualitas-kualitas lokal yang luar biasa".
Baca Juga: Sungai Yeh Ho Tabanan Kembali Makan Korban, Pria Paruh Baya Diduga Tenggelam
Rumah-rumah Bali kuno memiliki sistem tangguh dengan berbahan kayu dan memiliki bale di dalamnya.
Temboknya berbahan tanah polpolan, sehingga apabila terjadi gempa bumi, struktur tetap berdiri, meskipun tembok akan jatuh ke samping karena gravitasi.
Pada gempa bumi buleleng 1976, rumah di desa kuno Sidatapa hanya mengalami sedikit kerusakan, dibandingkan di Seririt yang merenggut korban jiwa masif.
Hal ini disebabkan karena beralihnya pilihan ke rumah baru berbahan beton yang belum sempurna pemahamannya kala itu.
Banyak korban tertimpa beton. Hal serupa juga dibuktikan di wilaya lain di Indonesia seperti di Nias yang rumah tradisionalnya teruji gempa bumi.
Berita Terkait
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
-
Tanggapi Kekalahan Borneo FC dari Bali United, Bojan Hodak: Saya Kepikiran Persija
-
Strategi Jitu Johnny Jansen yang Sukses Hentikan 11 Kemenangan Beruntun Borneo FC
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran