Dalam kedua Babad tersebut, lebih dituturkan tentang bencana susulan pasca gempabumi yaitu longsor dan air bah. Gempa bumi besar 22 November 1815 ini ditengarai juga menimbulkan Tsunami.
Laporan di dalam Catalogue of Tsunami on the Western Shore of the Pasific Ocean yang disusun oleh S.L. Soloviev dan CH.N. Go mendeskripsikan adanya air laut yang naik dan menerjang daratan dalam jangkauan yang luas pascagempa bumi.
Tak ayal, 1.200 orang jadi korban akibat bencana air laut yang menerjang daratan ini. Dulu, belum dikenal istilah Tsunami di masyarakat Bali.
Katalog lain milik Tsunami Laboratory di Intitute of Computational Mathematics and Mathematical Geophysics, Rusia menyatakan bahwa gempa bumi Gejer Bali 1815 memicu Tsunami.
Baca Juga: Sungai Yeh Ho Tabanan Kembali Makan Korban, Pria Paruh Baya Diduga Tenggelam
Mereka meyakini peristiwa tersebut sebagai Tsunami dengan tingkat validitas 75 persen yang disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik dan longsoran tanah (Tectonic-Landslide).
22 November 2015, tepat 200 tahun Gejer Bali terjadi. Peringatan ini berusaha mengingatkan kembali potensi bencana yang dapat terjadi dari patahan belakang busur kepulauan.
Kejadian ini diterjemahkan ulang dengan perspektif ilmu kebumian modern. Tujuannya agar siapa saja yang hidup kini memahami keseimbangan alam, ada bencana ada pula kertha masa.
AAN Ngurah Sentanu, memaparkan kondisi sosial yang terjadi tahun 1815 dimana bencana datang silih berganti.
“Pada awal tahun, Gunung Tambora meletus. Letusannya hingga ke Bali dan karena debu vulkaniknya menutupi seluruh bumi maka ilkim menjadi berubah. Di Bali hujan terus menerus, danau meluap. Selanjutnya disusul oleh longsoran dan gempabumi di akhir tahun. Bencana datang terus menerus. Namun pada tahun 1830an Bali menjadi subur, pertanian meningkat. Tetua kami menceritakan berkarung-karung beras datang dari Tabanan dengan diangkut Kuda untuk selanjutnya diekspor ke panegara lainnya”.
Baca Juga: Nekat Naik Gunung Agung Tanpa Pemandu, Dua Bule Inggris Tersesat
Sedangkan I Made Kris Adi Astra memaparkan kompleksnya tatanan geologi yang mengapit Bali dan Nusa Tenggara.
Berita Terkait
-
Untung Rugi Jordi Amat Gabung Persib Bandung atau Bali United
-
Kenapa Jepang Sering Terjadi Gempa Bumi? Prediksi Mengerikan di Palung Nankai Bikin Khawatir
-
Bali United Incar 4 Pemain Timnas Indonesia yang Segera Habis Kontrak di Klub Luar Negeri
-
Media Malaysia: Jordi Amat Diincar 2 Klub Indonesia
-
Indonesia di Ambang Bencana Megathrust? Ini Daftar 13 Wilayah Paling Terancam
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Pantang Kalah! Ini Potensi Bencana Timnas Indonesia U-17 Jika Kalah Lawan Yaman
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
BRI Dukung Ekspansi Global Bisnis Aksesori UMKM Ini Dengan Solusi Keuangan Utama
-
Arus Balik Lebaran 2025 Meningkat, Terminal Mengwi Bali Catat Lonjakan Penumpang Dibanding 2024
-
Program Pemberdayaan UMKM oleh BRI Mampu Tingkatkan Skala Bisnis Unici Songket Silungkang
-
Bali Larang Minuman Kemasan Plastik di Bawah 1 Liter, GPS : Kesewenang-wenangan, Bisa Digugat
-
Ini Fasilitas Posko Mudik BUMN dari BRI Saat Arus Balik Lebaran 2025: Agar Pemudik Nyaman