SuaraBali.id - Indonesia memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk bisa bergandengan tangan menciptakan perdamaian tanpa kekerasan serta menjaga keamanan bagi setiap orang. Hal ini diungkapkan Kepala Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Polri Inspektur Jenderal Polisi Marthinus Hukom.
Ia mengatakan bahwa guna menciptakan perdamaian tanpa kekerasan diperlukan kerja sama lintas sektor, baik pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat maupun tokoh agama, dan dukungan kerja sama masyarakat umum.
“Karena tanpa itu semua cita-cita bersama mewujudkan perdamaian itu sulit tercapai," kata Marthinus saat menghadiri acara "Harmony in Diversity" di Nusa Dua, Bali, Rabu (12/10/2022).
Wujud tekad Densus 88 dan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga perdamaian dan keamanan, hari ini seluruh elemen masyarakat dari berbagai profesi diajak untuk merenung dan memaknai momentum peringatan Bom Bali 1 yang terjadi pada 12 Oktober 2002.
Peristiwa Bom Bali 1 yang terjadi tepat 20 tahun lalu sekitar pukul 23.05 Wita pada dua tempat, yakni Sari Club dan Paddy’s Pub, menewaskan sebanyak 202 orang dan melukai 209 orang dari 22 negara. Sepuluh menit setelah itu, sebuah bom meledak di Kantor Konsulat Amerika Serikat.
Menurutnya untuk memaknai 20 tahun peristiwa Bom Bali 1, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yakni pelepasan tukik, penyu dan merpati, sharing pengalaman dari para pelaku sejarah baik keluarga korban, tim investigator maupun aparat keamanan, serta doa bersama di Monumen Bom Bali 1 atau Ground Zero, Kuta, Badung, Bali.
"Melalui pelepasan tukik, penyu dan pelepasan burung merpati, saya memaknainya ada tiga nilai penting dari kegiatan ini, yakni pertama adalah kita sedang merawat kehidupan, tukik dan burung merpati melambangkan kehidupan," katanya dalam pesan perdamaian di hadapan undangan yang hadir di Pantai Merustika, Badung, Bali.
Adapun makna kedua kegiatan tersebut adalah merawat nilai kebebasan dan ketiga adalah merawat nilai keseimbangan karena setiap manusia memiliki hak untuk hidup.
"Siapa pun, tidak ada manusia lain mempunyai hak untuk mengambil kehidupan orang lain. Berbicara tentang kehidupan, kita juga berbicara tentang martabat manusia," kata Marthinus.
Menurut ia, terkadang terorisme merupakan akibat dari orang ingin mencari pengakuan tentang martabat, tetapi melupakan hal lain yang beririsan dengan martabat itu bahwa setiap manusia mempunyai hak yang sama untuk dihargai oleh orang lain.
Berita Terkait
-
Bali United Rebutan Dapat Jordi Amat dengan Raksasa Liga 1 Indonesia?
-
7 Potret Anita Hara Menikah dengan Jeson Siregar di Nusa Dua Bali
-
Bandara Ngurah Rai Tutup Total saat Nyepi 2025: Catat Jadwalnya!
-
Nyepi Tanpa Ogoh-Ogoh? Ini Tradisi Unik yang Wajib Diketahui
-
Bali Bergemuruh! Inilah Pesona Pawai Ogoh-Ogoh Semalam Sebelum Nyepi
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
Lebaran di Bali: Gilimanuk Sempat Tutup, Penumpang Melonjak, Ini Kata ASDP
-
Gianyar, Bangli, Tabanan Diserbu Wisatawan Saat Libur Lebaran 2025
-
Idul Fitri Terindah Luna Maya, Setelah Berlebaran Bersama di Bali Lalu Dilamar Maxime di Jepang
-
Mudik dari Bali Sempat Terjebak Macet Tapi Komunikasi Lancar Bebas Hambatan
-
Kronologi Warga Terkena Ledakan Petasan 8 Kilogram, Diotak-atik Langsung Terpental