Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 13 September 2022 | 15:20 WIB
Wisatawan menikmati liburan Hari Raya Idul Fitri 1443 H di Pantai Kuta, Badung, Bali, Senin (2/5/2022). [ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym]

SuaraBali.id - Kebijakan pemerintah pusat yang belum lama ini menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dinilai akan berdampak ke sektor pariwisata khususnya di sektor transportasi maupun sarana dan prasarana kepariwisataa di Bali.

Hal ini karena sektor pariwisata multi kompleks. Sehingga pasti akan berpengaruh secara langsung terhadap sektor pariwisata.

"Dinaikannya harga BBM tentu akan berdampak terhadap sektor pariwisata. Karena sektor pariwisata multi komplek, terutama menyangkut sektor transportasi, makan minum, destinasi, serta berbagai sarana dan prasarana kepariwisataan," ujar Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali, Puspa Negara di Legian Badung, Senin (12/9/2022) sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.

Kondisi tersebut disebabkan karena, sektor pariwisata ditentukan oleh bahan makanan pokok.

Seperti halnya restoran pada sektor supplier hortikultural, pangan dan sebagainya dipastikan harga akan mengalami kenaikan.

"Jadi, ini akan berpengaruh langsung terhadap Operasional Cost setiap elemen jasa pendukung kepariwisataan baik, sektor akomodasi, kulinery, sampai ke destinasi buatan," cetusnya.

Menurutnya hal ini belum terlihat secara statistik efek kenaikan BBM terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Karena, data tersebut biasanya akan terlihat pada akhir bulan September atau di awal Oktober.

"Kondisi ini, walaupun di beberapa unit kegiatan akomodasi belum ada kenaikan harga yang signifikan karena, memang menjadi sulit. Selain itu, memang pasca pandemi banyak pilihan. Jika, dinaikan justru akan menjadi buah simalakama," pungkas Puspa Negara.

Load More