Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 10 September 2022 | 14:16 WIB
Ratu Elizabeth Meninggal, Situs Britania Raya Berubah Jadi Hitam
Ratu Elizabeth II (Instagram/theroyalfamily)

Membaca artikel yang terbit tahun 2017 tersebut kini terasa seperti menyadari terawangan masa depan; menonton secara langsung H+1 dan seterusnya bergantian terjadi seperti yang digariskan dokumen dari Istana.

Rasanya aneh bisa ada di tanah asing sambil menyaksikan negara ini mengalami sebuah perubahan yang monumental.

Putra pertama Ratu Elizabeth II, Charles Philip Arthur George, otomatis menjadi raja Inggris yang juga memimpin 14 negara persemakmuran. Menurut Charles, kematian sang ibu merupakan kesedihan terbesar baginya dan keluarga.

"Wafatnya Ibunda saya yang tercinta, Yang Mulia Ratu, merupakan momen kesedihan terbesar bagi saya dan seluruh anggota keluarga saya," ujar Raja Charles III dalam sebuah pernyataan pada Jumat.

Secepat apa kiranya masyarakat bisa terbiasa dengan sebutan Raja untuk penguasa monarki Inggris berikutnya; secepat apa stempel, prangko, uang kertas, dan simbol-simbol lainnya berganti dari potret Ratu Elizabeth II menjadi Raja Charles III?

Wafatnya Ratu menjadi momen yang begitu dekat secara fisik, namun barangkali berjarak secara emosional.

Belum lagi kontroversi keluarga kerajaan Inggris yang jenuh dari dosa-dosa masa lalu; apa yang harus dirasakan seorang mahasiswa asing yang berasal dari negara yang tak sampai sedekade lalu masih harus berjuang lepas dari penjajahan di tengah berita wafatnya Ratu dari negara yang terkenal dengan imperialismenya ini?

Kemarin, penulis menerima SMS dari operator kereta antarnegara jika kereta kepulangan dari Paris pekan depan dibatalkan karena unjuk rasa pekerja.

Namun Jumat (9/9) ini, berita menyiarkan bahwa demonstrasi dibatalkan untuk menghormati berkabungnya keluarga kerajaan atas wafatnya Ratu.

Kemungkinan besar kereta yang ditumpangi penulis dari Paris akan tetap berjalan untuk kembali ke London yang masih akan berkabung saat itu.

Load More