Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Senin, 05 September 2022 | 18:07 WIB
Nasi jinggo atau jango, alias Jinggo [Beritabali.com].

SuaraBali.id - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sudah dilakukan sejak Sabtu (3/9/2022) menyebabkan risiko lonjakan harga barang di sektor lainnya juga meningkat. Salah satunya adalah harga bahan pangan yang diperkirakan akan melonjak.

Para pedagang makanan adalah salah satu yang akan terdampak apabila harga bahan makanan turut melonjak akibat kenaikan harga BBM. Seperti halnya pedagang nasi Jinggo dan bakso.

Dodi (43) adalah penjual bakso keliling yang berjualan di sekitar Jalan Nusa Indah, Denpasar. Pria yang sudah berjualan bakso selama lebih dari 18 tahun itu mengaku sulit untuk menaikkan harga apabila harga bahan pangan naik.

“Kalau kita susah untuk naikin harga, paling-paling yang saya naikin (harganya) itu harga telur sama lontong,” tutur Dodi pada Senin (5/9/2022)

Baca Juga: Demo Tolak Kenaikan Harga BBM Oleh Mahasiswa di Mataram Sempat Ricuh

Dodi mengaku terpaksa melakukan itu karena saat sebelumnya ia mencoba menaikkan harga, jumlah pembelinya justru menurun.

“Dulu pernah saya coba, saya kurangin baksonya. Tapi malah jadi sepi, jadi gak bisa,” ujarnya.

Dodi yang setiap harinya juga berjualan ayam potong menyebutkan bahwa harga bahan pangan sudah naik sejak dua bulan lalu.

Hal senada juga dituturkan oleh Putu Suyasa (36), pedagang nasi Jinggo di Jalan Sudirman, Denpasar. Suyasa yang menjual sebungkus nasi jinggo seharga Rp 5 ribu merasa sulit untuk menaikkan harganya.

Menurutnya, ia merasa lebih baik mengurangi sedikit porsinya dibanding untuk menaikkan harga.

“Gak bisa saya naikkan (harganya), kalau (pedagang) yang lain harganya masih biasa nanti gak laku. Palingan saya kurangi sedikit isinya,” tuturnya.

Seperti diketahui Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax pada Sabtu (3/9/2022) lalu.

Kontributor Bali : Putu Yonata Udawananda

Load More