Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 05 Agustus 2022 | 08:07 WIB
Wisatawan mengunjungi kolam penyu di Kurma Asih Sea Turtle Conservation and Education Center, Jembrana, Bali, Kamis (4/8/2022).[Suara.com/Eviera Paramita Sandi]

SuaraBali.id - Bicara tentang Bali tidak melulu soal pantai di wilayah selatan Bali seperti halnya Pantai Kuta, Jimbaran atau Seminyak. Bali yang terdiri dari 9 kabupaten kota memiliki satu wilayah yang menarik yaitu di Jembrana.

Kawasan yang dijuluki Bumi Mekepung ini memiliki satu wilayah yang bisa membuat masyarakat sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah di Banjar Mekarsari, Desa Perancak di Kecamatan Jembrana.

Desa Perancak memiliki sebuah pantai berpasir hitam dengan bibir pantai yang panjang. Namun bukan hanya itu, di tempat ini ada sebuah tempat yang dinamakan Kurma Asih, Kurma Asih di sini bukan bermakna buah kurma, namun merupakan bahasa Sansekerta, Kurma artinya Penyu dan Asih artinya Saya sehingga Kurma Asih sendiri berarti “Saya Penyu”.

Kurma Asih didirikan pada tahun 1997. Awalnya, Kurma Asih adalah kawasan konservasi penyu yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat setempat. Namun sejak 2013 mulai berdatangan donatur yang mendukung kawasan konservasi ini mulai swasta sampai pemerintah daerah.

Baca Juga: Layanan 5G Indosat Ooredoo Hutchison Kini Hadir di Bali Dukung G20

Kurma Asih Sea Turtle Conservation and Education Center, Jembrana, Bali. [Suara.com/Eviera Paramita Sandi]

Di Bali sendiri sendiri ada 4 jenis penyu yang pertama jenis Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Namun dari 500 an Penyu yang ditangkar di Kurma Asih saat ini hanya ada dua jenis penyu.

“Di sini ada dua jenis penyu Sisik dan Penyu Lekang,” ujar Sekretaris Kurma Asih Sea Turtle Conservation and Education Center Komang Gunawan, Kamis (4/8/2022) yang ditemui di sela acara CSR Konservasi Laut oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).

Di kawasan Pantai Perancak sendiri ada 3 jenis penyu yang bisa bertelur yaitu Penyu Belimbing, Penyu Sisik dan Penyu Lekang. Namun penyu Belimbing baru dua kali bertelur di tahun 2000 dan 2002.

Sedangkan penyu Sisik akan datang dua tahun sekali untuk bertelur, sedangkan penyu Lekang datang setiap tahun.

“Musim bertelurnya bulan April sampai September. Sedangkan puncak bertelurnya bulan Mei dan Juli,” jelas Komang Gunawan.

Di Kurma Asih upaya konservasi yang dilakukan adalah sarang semi alami dan adopsi. Sarang semi alami dilakukan relawan Kurma Asih dan masyarakat setempat dengan selalu melakukan monitoring pada malam hari untuk melihat, menjaga yang sedang bertelur.

Egg Hatching area di Kurma Asih Sea Turtle Conservation and Education Center. [Suara.com/Eviera Paramita Sandi]

Bila telur ditemukan akan langsung dipindahkan ke lokasi penangkaran. Tempatnya ada di sebuah tanah lapang berpasir (egg hatching area). Di sana telur penyu ditimbun dan diberi tanda khusus yang berisi keterangan jenis penyu, jumlah telur, asal telur, tanggal dan nama adopter.

Adopsi penyu ini bisa dilakukan oleh siapapun yang datang ke Kurma Asih dan memberikan donasi sebagai tanda adopsi. Namun tentu ada syaratnya.

“Siapapun bisa mengadopsi sarang itu, dengan catatan. Tak boleh nanti setelah menetas penyunya dibawa pulang namun harus dirilis di sini,” ujarnya.

Untuk pelepasliaran sendiri tidak ada waktu khusus, namun Komang Gunawan mengatakan pagi dan sore adalah waktu yang tepat untuk melepasliarkan penyu.

“Penyu-penyu ini layak dilepas, bukan layak hidup di sini, tegas Komang.

Bila Anda ingin berkunjung ke Kurma Asih, anda bisa datang secara cuma-cuma setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WITA untuk melihat dan mengadopsi penyu-penyu tersebut.

Load More